Jakarta, CNN Indonesia -- Gelap. Begitulah suasana
Hotel Alexis, kemarin (28/3) malam. Tak ada lampu yang menyala di hotel yang terletak di Jalan R.E Martadinata nomor 1, Jakarta Utara itu.
Pantauan
CNNIndonesia.com sekitar pukul 19.00 WIB, halaman dan
lobby Hotel Alexis tampak sepi dan gelap gulita. Tak ada sorot cahaya lampu yang menerangi halaman depan dan lobby hotel sedikitpun.
Belasan petugas keamanan berpakaian safari hitam tampak berjaga di luar hotel. Mereka terlihat hilir mudik memantau situasi di sekitar hotel dan dan tampak berbincang sesekali dengan sesama petugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para petugas itu hanya menggunakan bantuan pencahayaan dari lampu senter genggam untuk melihat dan mengawasi di sekitar hotel.
"Memang sengaja dimatikan, karena tak beroperasi lagi," kata seorang petugas yang enggan disebutkan namanya kepada
CNNIndonesia.com
Kemarin adalah hari terakhir operasional hotel.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah secara resmi mengeluarkan surat keputusan pencabutan tanda usaha pariwisata (TDUP) kepada pengelola Hotel Alexis, PT Grand Ancol Hotel yang berlaku mulai kemarin. Tindakan tegas akan diambil hari ini jika pengelola tetap mengoperasikan hotel.
Sejumlah petugas keamanan Alexis enggan memberikan komentar kepada wartawan. Mereka meminta wartawan untuk menghubungi Konsultan Legal Hotel Alexis, Lina Novita.
CNNIndonesia.com mencoba menghubungi Lina melalui pesan WhatsApp untuk meminta komentar tentang penutupan Alexis.
Namun, Lina irit bicara. Dia hanya memberikan siaran pers kepada
CNNIndonesia.com Dalam keterangan tersebut, Lina justru meminta maaf kepada seluruh masyarakat terkait polemik dan gaduhnya pemberitaan soal Alexis yang sudah terjadi selama ini.
"Maaf hanya
Press Release saja," katanya kepada
CNNIndonesia.com.
 Suasana kolam pemandian di rooftop Hotel dan Griya Pijat Alexis, Jakarta Utara, Selasa, 31 Oktober 2017. (CNNIndonesia/Safir Makki) |
Dalam siaran pers itu, Lina membantah bahwa penutupan itu terkait dengan dugaan praktik prostitusi yang selama ini dialamatkan kepada hotel tersebut. Kata Lina, penutupan Hotel Alexis dikarenakan alasan izin TDUP hotel tersebut tak diperpanjang Pemprov DKI.
"Permasalahan keberadaan usaha hotel Alexis telah menjadi polemik yang cukup membuat gaduh pemberitaan di media massa sejak bulan Oktober 2017 dengan di awali dengan momentum tidak diprosesnya perpanjangan izin TDUP usaha pihak kami," katanya.
Alexis selama ini diidentikan oleh warga Jakarta sebagai tempat hiburan malam terkenal. Lewat situs resminya, Alexis Hotel Jakarta tak hanya menyediakan kamar menginap tapi juga sejumlah fasilitas dan layanan hiburan lainnya seperti restoran, karaoke, bar, dan spa.
Di situs resminya hotel ini menyebut dirinya sebagai 'tanah impian bagi pria', yang menawarkan berbagai fasilitas hiburan, dari mulai kamar suite, pengalaman makan di restoran berskala internasional dan area hiburan 4Play Club & Bar Lounge, Xis Karaoke, dan yang paling banyak diperbincangkan BathHouse Gentlemen Spa.
Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok bahkan pernah menjuluki lantai 7 Hotel Alexis "surga dunia".
Lina dalam siaran pers itu juga mengeluhkan pemberitaan media yang menyudutkan Alexis.
"Polemik yang kembali diberitakan oleh media massa tersebut sangat merugikan pihak kami sebagai pengusaha di industri hiburan di provinsi DKI Jakarta dan kami menilai sudah tidak ada suasana yang kondusif bagi pihak kami untuk melanjutkan usaha," katanya.
Penutupan Alexis merupakan bagian dari komitmen yang ditegaskan Anies Baswedan saat masih menjadi calon gubernur DKI.
Anies pada April tahun lalu bahkan menegaskan penutupan tempat hiburan tidak hanya menargetkan Hotel Alexis, tetapi juga pada tempat hiburan lain yang melanggar aturan.
"Kesannya cuma satu (Alexis aja yang ditutup). Enggak lah. Semua yang melanggar. Jadi kesannya kami mau menarget satu tempat (Alexis). Enggak. Semua pelanggaran," kata Anies kala itu.
Sementara Lina menyayangkan penutupan hotel karena ratusan karyawan Hotel Alexis tidak dapat lagi bekerja di Hotel Alexis.
"Perlu diketahui bahwa unit-unit usaha tersebut juga memiliki ratusan karyawan yang mata pencaharian mereka untuk keluarga sangat bergantung dari pekerjaan mereka tersebut," katanya.
Ketika ditanya tentang bagaimana nasib karyawan setelah penutupan, Lina bungkam. Begitu juga dengan para petugas keamanan yang berjaga di sekitar Hotel, mereka hanya terdiam.
(ugo/wis)