Jakarta, CNN Indonesia -- Maraknya isu terorisme mendorong Indonesian Digital Association (IDA) menginisiasi kampanye #BersatuIndonesiaku yang disebar di berbagai kanal media sosial.
Penggunaan kanal digital sebagai jalur utama penebaran teror dan doktrin dinilai makin mengkhawatirkan persatuan bangsa. Oleh karenanya, kampanye yang diinisiasi asosiasi bagi para pelaku industri digital Indonesia ini diharapkan dapat memerangi paham radikalisme dan terorisme di kanal digital.
Kampanye #BersatuIndonesiaku tersebut berupaya menyebarkan kesadaran masyarakat Indonesia untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, dengan pesan persatuan Indonesia dan semangat keberagaman Bhinneka Tunggal Ika.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Media mainstream dan media sosial kini tengah dihadapkan dengan penyebaran pesan hoax yang terstruktur dan meluas. Masyarakat perlu menghadapi fenomena ini dengan
pesan yang positif, dan berlandaskan spirit Bhinneka Tunggal Ika dari Indonesia," ujar Ronny W Sugiadha, Ketua IDA, dalam pernyataan resminya yang diterima redaksi
CNNIndonesia.com, pada Senin (14/5).
Ia menambahkan, hal tersebutlah yang menjadi titik awal ide kampanye #BersatuIndonesiaku, yang harapannya dapat mengedukasi masyarakat untuk lebih bijak dalam menyikapi isu di media sosial, khususnya dalam isu radikalisme dan terorisme.
Selaku asosiasi yang didirikan dan membawahi
publisher-publisher digital besar di Indonesia seperti Kompas.com, KASKUS, Tribunnews, Detik.com, Kapanlagi Youniverse, MetroTVNews, Okezone, IDNtimes, DailySocial.id, Kumparan, VIVA, Tempo.co , Tirto.id, Opini.id dan puluhan publisher digital lainnya, IDA melihat edukasi kepada masyarakat
menjadi luar biasa penting untuk menghentikan penyebaran paham radikalisme dan terorisme melalui kanal digital.
Dalam hal ini, IDA menghimbau masyarakat pengguna media sosial untuk menjalankan semangat dari kampanye ini dengan langkah-langkah sederhana seperti: tidak menjalin keterikatan (
follow, like, atau comment) dengan akun-akun yang tidak jelas kepemilikannya, tidak menyebarkan berita yang tidak bisa divalidasi, melaporkan akun-akun yang secara jelas berpihak pada terorisme, dan menyebarkan konten positif mengenai Indonesia dan keberagaman.
Sejalan dengan ide awal dari kampanye #BersatuIndonesiaku, setiap anggota dari IDA pun sepakat untuk tidak mempublikasi dan berafiliasi dengan kelompok pendukung radikalisme dan terorisme, dengan tidak mengundang mereka sebagai narasumber.
"Kami berharap kampanye #BersatuIndonesiaku dapat memberikan serangkaian dampak positif bagi pemanfaatan media sosial di masyarakat Indonesia. Kami, sebagai pelaku
industri digital Indonesia, ingin masyarakat semakin bijak dalam mencari dan menyebarkan informasi di berbagai kanal online, guna meredam suara radikalisme dan terorisme di Tanah Air dan dunia," ujar Steve Christian, CEO KLY menambahkan.
(rah)