Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo menyoroti minimnya pencegahan
terorisme di Indonesia. Menurut
Jokowi, aparat selama ini lebih mengedepankan cara represif dalam menanggulangi terorisme.
"Pendekatan
hard power jelas sangat diperlukan. Tapi itu belum cukup. Sudah saatnya menyeimbangkan dengan pendekatan
soft power," ujar Jokowi di Kantor Presiden, Selasa (22/5).
Hal itu disampaikan dalam rapat terbatas sore ini. Jokowi menyatakan rentetan teror yang terjadi di Indonesia belakangan ini juga terjadi di banyak negara. Terorisme kini dianggap menjadi musuh bersama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah preventif, kata Jokowi, tak hanya melalui deradikalisasi bekas narapidana terorisme. Presiden menginstruksikan seluruh pembantunya mencegah sedini mungkin melalui seluruh lembaga terutama pendidikan serta ruang publik dari penyebaran ajaran terorisme.
"Langkah preventif ini jadi penting ketika melihat serangan teror bom bunuh diri di Surabaya yang melibatkan keluarga dan anak di bawah umur," kata mantan Wali Kota Solo ini.
Instruksi itu disampaikan langsung kepada Menko Polhukam Wiranto, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala BIN Budi Gunawan, dan Kepala BNPT Suhardi Alius di sana.
Jokowi berpendapat pencegahan sama pentingnya dengan penanggulangan melalui penegakkan hukum, membongkar jaringan hingga ke akar penting.
"Ini peringatan kepada semuanya, betapa keluarga sudah menjadi target indoktrinasi terorisme," ujar dia.
(osc/gil)