Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian tak mempermasalahkan jika nantinya TNI melalui Komando Operasi Khusus Gabungan (
Koopssusgab) membantu Polri dalam menangani terorisme di Indonesia. Menurutnya, keterlibatan TNI itu bukan hal baru, sebabnya tentara dan polisi sudah pernah berkolaborasi dalam
Operasi Tinombala.
"Jadi saya berpendapat saat ini mekanismenya seperti Operasi Tinombala, kekuatan Polri dan TNI bergabung," tutur Tito di Kantor Presiden, Selasa (22/5).
Hal itu disampaikan usai rapat terbatas pencegahan dan penanggulangan terorisme yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Ratas itu juga dihadiri Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala BIN Jenderal Budi Gunawan, dan Kepala BNPT Komisaris Jenderal Suhardi Alius.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Operasi Tinombala merupakan operasi Polri bersama TNI saat mengejar Santoso dan kelompoknya di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. TNI dilibatkan karena kondisi medan yang sulit ditembus Polri.
Sementara itu, Koopssusgab merupakan satuan elite TNI yang dibentuk Jenderal Purn Moeldoko masih menjabat Panglima TNI. Pasukan gabungan tiga matra TNI ini dibentuk dengan tugas menanggulangi terorisme secara cepat seperti Densus 88 Antiteror Polri.
Moeldoko yang kini menjadi Kepala Staf Kepresidenan ini mengusulkan satuan itu aktif kembali melihat serangkaian teror belakangan seperti di Mako Brimob, sejumlah titik di Surabaya, Sidoarjo, hingga Riau.
Koopssusgab nantinya tetap berada di bawah komando Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan diturunkan ketika Polri sudah kewalahan menangani teroris.
Tito menyatakan terorisme di Indonesia sekitar 75 persen merupakan operasi intelijen sementara eksekusi hanya sekitar lima persen. Sehingga, ia menyambut baik keterlibatan TNI menanggulangi terorisme.
"Saya sepakat dengan Panglima TNI. Saya minta Pak Panglima agar kekuatan TNI masuk ke operasi itu," ucap Tito.
(osc/gil)