Jakarta, CNN Indonesia -- Direktur Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) Sidney Jones yakin pola
aksi teror yang melibatkan anggota keluarga seperti di Surabaya dan Sidoardjo tidak akan terulang di masa mendatang.
Hal itu karena banyak pihak yang terkejut atas tindakan tersebut. Bahkan, Sidney bilang, Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) terkejut atas aksi bom bunuh diri oleh satu keluarga di Surabaya.
"Saya yakin bahwa kita tidak akan melihat keluarga lain terlibat ini tidak akan menjadi pola aksi ke depan karena begitu banyak orang syok, banyak orang ISIS tidak bisa bayangkan bagaimana mereka bisa kirim anak sendiri buat bom bunuh diri," terangnya dalam sebuah seminar di Jakarta, Selasa (22/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Sidney Jones. (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal) |
Hanya saja, Sidney tidak menyangkal terdapat perubahan pola aksi teror yang dilakukan kelompok pengikut ISIS di Indonesia terutama dalam hal pelibatan perempuan dan anak-anak.
Ia mengatakan awalnya di Suriah, ISIS tidak menggunakan perempuan dan anak-anak dalam melancarkan aksi teror. Namun, seiring berjalannya waktu dan keterbatasan personel laki-laki, ISIS mulai menggunakan perempuan.
Awalnya, Sidney bilang peran perempuan dalam jaringan kelompok fundamentalis hanya menjadi penyokong dana, penyebar propaganda, dan pencari dukungan. Lambat laun banyak perempuan yang tertarik dan memilih 'jalan pedang' menjadi seorang pelaku.
"Jadi memang ada evolusi dari peran perempuan ini, perempuan akan memiliki suatu peranan penting di masa depan," terang Sidney.
Sidney mengatakan para perempuan yang ikut dalam aksi teror memiliki motivasi pribadi dan keluarga. Selain itu perempuan juga cenderung tidak dicurigai sebagai pelaku teror.
"Laki-laki melihat perempuan tidak dicurigai dicurigai kalau masuk tempat gereja dan lain-lain," terangnya.
Bentuk Lemah Kelompok Teroris di IndonesiaLebih lanjut, Sidney menilai sejumlah aksi teror di Surabaya dan beberapa daerah lain, menunjukkan melemahnya kelompok teroris di Tanah Air khususnya kelompok JAD yang berafiliasi dengan ISIS. Menurut dia aksi teror beberapa waktu lalu menunjukan pengaruh dari kelompok teroris yang menurun.
Kelompok teroris tersebut melakukan aksi untuk menunjukan keberadaan mereka. Sidney mengatakan para kelompok tersebut membutuhkan sesuatu yang 'spektakuler' untuk menunjukan keberadaan di tengah menurunnya pengaruh mereka.
"Kalau kita lihat apa yang terjadi di Surabaya harus dilihat bukan indikasi kekuatan ekstrimis tapi indikasi kelemahan. Kalau dilihat pola aksi yang terjadi di beberapa daerah lain itu justru pada saat suatu kelompok mulai menurun pengaruhnya bahwa mereka cari taktik spektakuler untuk muncul di depan umum," terangnya.
Sidney mengatakan lewat aksi 'spektakuler' tersebut, mereka bermaksud memicu kelompok-kelompok teroris yang lebih kecil untuk melakukan hal yang sama.
"Di Indonesia ada semacam persaingan. Kalau melihat satu kelompok melakukan aksi, maka dia akan melakukan aksi yang lebih besar," ujarnya.
(kid)