Jakarta, CNN Indonesia -- Joko Widodo diperkirakan akan menguasai perolehan suara di Pemilihan Presiden 2019 di Pulau Jawa, kecuali di Banten. Wilayah paling barat Jawa ini diperkirakan akan dimenangi oleh Prabowo Subianto.
Di Jabar, Jokowi meraup suara elektabilitas sebesar 38,8 persen sementara Prabowo 30,2 persen. Sementara di Jateng, Jokowi menang telak dengan mengantongi suara 53,1 persen dan Prabowo 7,7 persen.
Kemudian di Jatim, suara Jokowi mencapai 47,7 persen dengan Prabowo sebesar 24,5 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara di Banten elektabilitas Jokowi 26,9 persen, beda tipis dengan elektabilitas Prabowo sebesar 28,5 persen.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai kekalahan Jokowi di Banten seiring dengan rendahnya kepuasan masyarakat Banten pada pemerintahan Jokowi.
Adapun hasil evaluasi masyarakat Banten terhadap kinerja pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Jokowi-JK adalah 57,4 persen.
"Kalau tingkat kepuasan publik di bawah 60 persen, biasanya incumbent bisa dikatakan tidak punya peluang kuat untuk menang kembali. Di Banten, sisi kepuasan publiknya hanya 57,4 persen. Belum lagi faktor emosional seperti agama atau manajemen isu," kata Yunarto saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/6).
Kemudian, pada pilihan secara head to head, tingkat elektabilitas Jokowi unggul di atas Prabowo. Hanya di Banten Jokowi kalah oleh Prabowo.
Adapun hasilnya yakni di Banten, Jokowi meraih 36,9 persen dan Prabowo 44,1 perden. Di Jabar, Jokowi meraih 46,1 persen dan Prabowo 40,5 persen. Di Jateng, Jokowi meraih 67,3 persen dan Prabowo 11,2 persen. Kemudian, di Jatim, Jokowi meraih 53,4 persen dan Prabowo 33,6 persen.
Dengan demikian, Yunarto menuturkan Jateng adalah daerah yang tingkat konflik atau persaingannya dalam Pilpres cenderung rendah alias 'sudah bisa terbaca'. Sebab, tingkat persaingan antara Jokowi dan Prabowo di Jateng tidak seketat di tiga wilayah lain.
"Asumsinya karena Jokowi orang Jawa. Mewakili basis tradisional merah PDI Perjuangan dari tahun 1955. Pendekatan psikologis Jokowi sebagai perwakilan Jateng," kata Yunarto.
Dua provinsi lain yang ada di Jawa, DKI Jakarta dan Banten tidak disurvei oleh Charta Politika.
Yunarto mengemukakan alasan menjadikan Jabar, Jateng, Jatim dan Banten sebagai lokasi survei.
Banten menurutnya selalu menarik untuk dikaji secara kualitatif karena selalu berbeda dgn daerah lain dan kecenderungan isu agama agak kuat di banten.
"Kami ingin uji apakah itu berpengaruh terhadap elektabilitas capres dan partai," kata Yunarto.
Sementara Jawa adalah kunci dan basis utama pemilih secara kuantitatif.
"Jumlah nya 60 persen sendiri. Juga kualitatif karena pusat pemerintahan," katanya.
Dengan begitu apa yang terjadi di Jawa menurutnya mau tidak mau akan berpengaruh secara psikologis terhadap daerah lain. Karena itu untuk menang partai atau capres, jawa adalah kunci utama.
Pengumpulan data oleh Charta Politika dilakukan pada 23-29 Mei 2018 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Jumlah sampel di masing-masing wilayah adalah Banten 800 responden (MoE=3,46%), Jawa Barat 1200 responden (MoE=2,83%), Jawa Tengah 1200 responden (MoE=2,83%) dan Jawa Timur 1200 responden
(MoE=2,85%).
Survei menggunakan metode acak bertingkat (
multistage random sampling) pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sebelumnya, lembaga riset Alvara Research Center telah merilis hsil survei elektabilitas capres pada pilpres 2019 dengan 1.202 responden dari seluruh Indonesia. Hasilnya, nama Jokowi masih bertahan sebagai pemegang elektabilitas tertinggi.
Elektablitas Jokowi sebesar 46 persen dan Prabowo 72,2 persen.
(sur)