Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Penasihat Persaudaraan Alumni (PA) 212
Eggi Sudjana mengatakan ada tiga hal penting dalam memaknai substansi bulan Ramadan.
Hal itu dia ungkapkan ketika menyampaikan khotbah salat Idulfitri dengan tema 'Hakikat Dalam Kepemimpinan Bukan Untuk Menyengsarakan Rakyat' di Lapangan STIE Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (15/6).
Pertama kata Eggi, nilai yang harus didapat usai melaksanakan puasa Ramadan adalah rasa empati. Kedua, meningkatkan kualitas sumber daya melalui perilaku kejujuran, keadilan dan kebenaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi Ramadan itu memproduksi orang yang berempati, jujur, adil dan berlaku benar. Itu yang utama dari hasil Ramadan," kata Eggi dalam ceramahnya.
Ketiga, lanjut Eggi, dari hasil orang yang memiliki empati, kejujuran, keadilan dan kebenaran maka dapat memprogram diri dan keluarga untuk terhindar dari siksa api neraka.
"Apa wujudnya, satu program yang harus dijaga, harus dijaga pendidikannya. Pendidikannya spesifik tauhid dan akidah. Karena itu fardu ain, wajib dalam berbangsa dan bernegara, penting mempelajari ilmu tauhid, ilmu tentang Allah," lanjutnya.
Selain pendidikan, yang harus dijaga adalah kemampuan ekonomi dan silaturahmi. Lebih lanjut, jika sudah menjaga diri dan keluarga, kata Eggi, tugas selanjutnya adalah mendidik masyarakat bangsa dan bernegara.
"Di sini lah tugas pemimpin. Pemimpin mempunyai amanah yang besar, rakyatnya harus mengerti tentang Allah. Karena negeri ini mayoritas beragama Islam," katanya.
Salah satu caranya, kata dia, pemerintah harus memfasilitasi dan mengajarkan masyarakat untuk membaca Alquran dan menerapkan hukum Islam.
"Tapi sudah 73 tahun, pemerintah tidak mengajarkan dengan sebaik-baiknya, bahkan membiarkan rakyat menjadi sekuler. Rakyat jauh dari Allah. Apa bukti saya, sistem pendidikan kita dipisahkan urusan agama," ujarnya.
Presiden mulai dari Sukarno sampai Jokowi islam semua, DPR ketuanya juga islam tapi tidak lahir hukum-hukum Islam. Padahal kalau pemilu minta suara dengan kita. Dalam konteks hasil ramadan, jangan menghasilkan pemimpin yang tidak mengkondisikan kita takwa kepada Allah, meskipun itu bapak kamu, saudara-saudara kamu tidak boleh kamu pilih kalau dia mengutamakan kekafiran atas keimanannya surat at taubah 23.
Karena itu, kata Eggi, dalam menghadapi pilpres mendatang, perlu memilih pemimpin yang dapat mengajarkan untuk bertakwa kepada Allah.
"Kalau tidak, Allah akan mengazab. Dan Allah sudah mengazab dengan memberikan negeri ini tidak berkah. Contohnya apa, sumber daya alam kita. Perintah UUD 45 pasal 33, tapi tidak dijalankan," katanya.
Dengan demikian, Eggi menekankan bahwa pemimpin ke depan harus bertakwa kepada Allah dan mampu mengerti orientasi kepemimpinannya serta dapat memberikan peningkatan kepada para bawahannya.
Akan tetapi, Eggi di akhir khotbahnya mengatakan bahwa dia tidak bermaksud menebar kebencian melalui ceramahnya tersebut.
"Di akhir khotbah ini, kita mesti menyadari, tidak ada kebencian, tidak ada karena ingin bermusuhan, saya sayang dengan Presiden. Sayang dengan semua yang memimpin negeri ini dan sayang itu tulus," ujarnya.
"Jadi jangan ditafsirkan khotbah ini adalah kebencian. Ini justru kasih sayang, justru kita ingin negeri kita, jadinya kita tidak ikut susah kalau dipimpin orang-orang yang zalim, kafir, munafik kepada kita," lanjutnya.
Lantas, dia pun memimpin doa untuk meminta ampunan kepada Allah agar mengampuni dan memberi hidayah kepada semua pemimpin negeri.
"Ya Allah kami hidup di negeri Indonesia yang penuh kemunafikan ini Ya Allah, berilah hidayah kepada pemimpin negeri ini untuk bertobat kepadaMu Ya Allah, untuk mau mengajarkan tentang Engkau, membacakan Quran, mengajarkan salat agar patuh dan tunduk kepadamu dan infak agar kami tidak bakhil," katanya.
[Gambas:Video CNN]"Ya Allah, jika pemimpin tetap lalai, abaikan semua ini, maka dengan kekuasaan Mu ya Allah, Engkaulah yang berikan kekuasaan atas siapa yang kau kehendaki dan engkau pula yang cabut kekuasaan itu. Maka cabutlah kekuasaannya ya Allah, ganti dengan orang-orang yang takwa agar kami dipimpin ke jalan takwa," ujarnya.
(nat)