Jakarta, CNN Indonesia -- Tahapan debat terbuka yang mengusung tema 'Pembangunan Manusia yang Berkualitas untuk Mempercepat Kemajuan Jawa Barat' yang mendatangkan keempat pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar) selesai dilaksanakan pada Jumat (22/6) malam.
Keempat pasangan calon yang bersaing untuk menjadi pimpinan di Tanah Pasundan sudah mengeluarkan argumentasi pemungkasnya. Semua dilakukan demi meraih dukungan lebih banyak pada hari pemilihan nanti.
Meski demikian, pengamat politik dari Universitas Padjajaran Idil Akbar menilai solusi-solusi yang ditawarkan oleh keempat pasangan calon dalam menanggapi persoalan terkait pembangunan sumber daya manusia di Jabar masih normatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Idil berpendapat argumentasi setiap pasangan calon berupaya mensinergikan persoalan budaya, pariwisata, agama, dan lainnya. Namun dari penjelasan masing-masing pasangan calon belum menggambarkan solusi yang benar-benar bisa memberikan dampak positif secara signifikan.
Padahal, jika pasangan calon bisa menjelaskan lebih mendalam pengembangan sektor pariwisata yang bisa meningkatkan ekonomi serta sinkron dengan budaya setempat maka akan lebih bagus.
"Saya kira memang tidak secara komprehensif menyampaikan apa sebetulnya upaya untuk mengembangkan budaya di Jabar lalu menjadikan sebagai sesuatu yang cukup baik di masyarakat, kemudian juga soal menciptakan peningkatan ekonomi. Jadi, saya enggak melihat argumentasi yang lebih luas, semuanya masih agak normatif lah," ujar Idil saat dihubungi, Jumat (23/6) malam.
Ia juga menyoroti sejumlah program para pasangan calon. Misalnya mengenai pemberian asuransi atau jaminan hidup bagi ibu rumah tangga (IRT) yang ditinggalkan suaminya. Program ini diusung oleh pasangan calon nomor urut empat, yakni Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi.
Idil menilai, jika program ini diterapkan maka akan muncul persoaan baru terkait mekanisme penerapannya. Misalnya, jika penerapan sistem seperti yang diberlakukan pada asuransi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) tentu akan menambah beban warga, termasuk para ibu karena juga harus membayar iuran.
"Pertanyaan mendasarnya apakah asuransi ini akan bersifat gratis disediakan oleh pemerintah atau harus berbayar seperti BPJS. Kalo berbayar saya kira akan menambah beban IRT itu sendiri," imbuhnya.
"Kalau dibebankan ke anggaran daerah, saya kira akan panjang lagi problemnya karena ini terkait data, mekanisme, dan ketersediaan anggaran."
Selain itu, Idil juga menyoroti program pasangan calon nomor urut dua, TB Hasanuddin-Anton Charliyan yang berjanji membeirkan asupan gizi rutin bagi anak-anak di Jakar seperti prajurit TNI.
Menurut Idil, program tersebut tidak jauh berbeda dengan program "Revolusi Putih" milik pasangan calon nomor urut 3, yakni Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik). Hanya saja program yang diusung pasangan 'Asyik' ini fokus pada pemberian susu, khususnya kepada murid Sekolah Dasar, minimal 2 kali dalam seminggu.
"Soal solusi TB Hasanudin akan memberi asupan gizi pada anak-anak di Jabar, ini bukannya mirip dengan revolusi putih yg dicanangkan pasangan 'Asyik'? Memang yang diusulkan itu lebih variatif soal menu yang diberikan setiap Jumatnya," kata Idil.
"Secara umum ide ini menarik agar anak2 di Jabar juga baik gizinya. Dan lebih penting lagi adalah bagaimana menjaga kontinyuitas program ini agar tidak sekedar
lip service semata."
Dari keempat pasangan yang bersaing, Idil menilai pasangan calon nomor urut satu, Ridwan Kamil-UU Ruzhanul Ulum cukup baik mengeksplorasi pertanyaan yang diajukan dengan memberikan jawaban yang lebih mudah dipahami.
Ia pun membandingkan dengan penyampaian oleh Deddy Mizwar yang terkesan lebih singkat karena fokus pada poin-poin persoalan. Penyampaian seperti ini, menurut Idil, sebenarnya bagus karena terkesan tidak berbelit-belit. Hanya saja, terkadang menjadi sulit dipahami oleh masyarakat.
"Dari sisi penyampaian, Ridwan Kamil lebih unggul daripada yang lain. Argumentasinya lebih mudah ditangkap karena disampaikan dengan bahasa yang sederhana dan tidak jelimet, saya kira apa yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat ini sangat penting," kata dia.
Elektabilitas Ridwan Kamil-UU Ruzhanul MendominasiBerdasarkan survei terbaru Saiful Mujani Research Center (SMRC) yang digelar 22 Mei-1 Juni 2018, tercatat bahwa tingkat keterpilihan atau elektabilitas pasangan nomor urut 1 cukup dominan dibandingkan pesaingnya, yakni mencapai 43,1 persen.
Diikuti Deddy-Dedi dengan elektabilitas sebesar 34,1 persen, Sudrajat-Achmad Syaikhu 7,9 persen, dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan 6,5 persen. Sementara itu, 8,4 persen responden masih merahasiakan pilihannya.
Survei dilakukan terhadap 820 responden menggunakan metode
multistage random sampling dengan jumlah proporsional margin error 3,5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. Teknik pengumpulan data yang digunakan wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner.
Sebelumnya, pengamat politik dari Universitas Parahyanan (Unpar) Bandung, Asep Warlan Yusuf menyampaikan bahwa argumentasi para pasangan calon dalam debat terakhir ini sangat penting untuk menarik suara dari warga yang belum menentukan pilihan. Asep menyebut ada sekitar 30 persen warga Jabar belum menentukan pilihan.
Oleh karena itu, masing-masing dari mereka harus bisa menguraikan programnya secara jelas. Apalagi terkait tema yang menyinggung soal pengembangan SDM, karena di sisi lain, saat ini pemerintah sedang menggenjot pembangunan di Jabar.
"Banyak industri dan pembangunan strategis seperti bandara, pelabuhan, dan Karawang akan dikembangkan sebagai industri maju yang high tech. Itu konsep ke depan seperti itu, maka SDM-nya harus dipersiapkan," kata Asep saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (21/6).
[Gambas:Video CNN] (evn)