Jakarta, CNN Indonesia -- Kurang lebih satu pekan sejak tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, petugas hingga kini belum berhasil kembali menemukan korban yang hilang.
Tim pencari pun masih hilir mudik di permukaan danau hingga masuk ke dalam air untuk mencari korban, termasuk mendeteksi letak bangkai kapal yang dicurigai sebagai tempat di mana para penumpang terjebak.
Sementara hasilnya, dari 200-an penumpang yang dilaporkan hilang atau menjadi korban dalam tragedi Senin (18/6) lalu itu baru 22 orang ditemukan dengan tiga di antaranya dalam kondisi tidak bernyawa. Dari hasil tersebut, diakui Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi bahwa ini merupakan salah satu operasi evakuasi yang dinilai tak mudah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini tidak mudah, selain perairan luas danau ini juga sangat dalam. Belum lagi kami tidak tahu di mana letak pasti kapal tenggelam, jadi masih perkiraan sampai sekarang," kata Syaugi kepada
CNNIndonesia.com, Minggu (24/6).
Dalam mencari korban, kata Syaugi timnya masih berpedoman pada sistem sesuai dengan standar operasional prosedur yang ditetapkan. Belum ada tindakan lain seperti meminta bantuan seseorang dengan cara 'magis' untuk memuluskan pencarian.
Meski begitu, ia sendiri tidak menampik bahwa sebelum timnya turun ke danau terbesar di Indonesia tersebut, terlebih dulu dirinya menyempatkan diri bertemu kepala adat setempat. Pertemuan pun dilangsungkan tiga hari lalu. Namun saat itu ia bercerita hanya ingin meminta izin dan sekadar didoakan, tanpa ada maksud lain.
"Kami permisi dan minta didoakan. Kami ketemu dan minta izin, tolong didoakan. Ya namanya kalau kamu masuk rumah orang pasti
kulonuwun," ujarnya.
Lebih dari itu ia tidak menjelaskan detail dari pertemuannya. Termasuk saat ditanya apakah ada saran yang diberikan olehnya saat itu.
"Ya tidak apa-apa (termasuk saran). Ya mereka kerjakan ritual mereka, dan kami tetap pada terori sesuai yang kami punya saja," ungkap dia.
Teknik Pencarian KorbanSementara itu Syaugi sedikit menjelaskan terkait apa yang dilakukan oleh timnya dalam operasi penyelamatan kali ini. Pada tahapan pertama, tim yang diterjunkan diarahkan menyisir korban pada permukaan danau sebelum akhirnya mengerahkan penyelam.
Namun, usaha menyelam ternyata belum membuahkan hasil lantaran maksimal seseorang dibolehkan menyelam adalah 50 meter di bawah air. Sementara kedalaman dari Danau Toba jauh dari pada itu.
Dengan alasan tersebut, ia menjelaskan kemudian pihaknya mulai memakai alat khusus yang dapat dipakai untuk mendeteksi logam atau sesuatu di bawah air. Alat pertama bernama
remote underwater vehicle dengan jangkauan jarak 300 meter.
"Ternyata masih belum mampu melihat dasar," kata dia.
Kemudian, ia berujar pihaknya kembali menggunakan alat milik TNI AL yang dapat menjangkau kedalaman hingga 550 meter, dan terakhir memakai Multibeam Side Scan Sonar dengan jangkauan lebih dalam yakni 2.000 meter.
"Nah itu kami sudah bisa menangkap beberapa objek, tapi sayangnya belum bisa kami pastikan itu betul kapal, atau emang kapal tapi itu bangkai yang dulu pernah tenggelam. Nah kami perlu analisa dan beberapa proses dulu ya buat memastikan benda itu," kata Syaugi.
[Gambas:Video CNN] (rah)