Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Presiden
Jusuf Kalla (JK) menyebut generasi
milenial di Indonesia cenderung ogah-ogahan menggunakan hak pilihnya. Hal ini disinyalir karena pemilihan umum di Indonesia tidak bersifat wajib.
"Pemilih milenial di banyak negara itu biasanya ogah-ogahan ikut pemilu. Paling banyak absen ya milenial, karena di Indonesia itu hak. Kalau di Australia kan kewajiban," ujarnya saat tanya jawab dengan peserta pendidikan Lemhanas, Senin (25/6).
Ia menjelaskan generasi milenial Australia mau tak mau harus memilih saat pelaksanaan pemilu. Sebab, ada ketentuan denda sebesas AUD$100 bagi warga negara yang tak ikut serta pemilu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau tidak pergi ke TPS (Tempat Pemungutan Suara), you (kamu) dapat sanksi. Sanksinya apa? 100 dollar Australia. Kalau di sini (Indonesia) sebaliknya, kalau datang dikasih 100 rupiah hahaha," imbuh JK berseloroh.
Karenanya, ia menilai penting bagi para calon peserta pemilu untuk menjalankan program yang dekat dengan generasi milenial. Apalagi, jumlah penduduk yang masuk dalam kategori milenial di Indonesia selalu bertambah.
"Tiap tahun pertumbuhan penduduk itu setengah persen, kali lima tahun (pelaksanaan pemilu) berarti tambah 7,5 persen penduduk. Artinya, hampir 20 juta orang yang pemilu baru," jelasnya.
JK mengatakan beberapa tokoh partai politik selama ini telah berupaya mendekatkan diri pada generasi milenial. Salah satunya Ketua Umum PPP Romahurmuziy atau yang akrab disapa Romy.
Menurutnya, penampilan Romy di sejumlah foto saat ini tak lagi mengenakan sorban maupun kopiah melainkan celana jin.
"Contoh, fotonya Romy PPP itu, supaya lebih dekat milenial. Jadi, banyak seperti itu juga pendekatannya agar kelompok muda ini bisa aktif pemilu," tandasnya.
(bir)