Jakarta, CNN Indonesia -- Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) menyebut partai politik punya pengaruh terbatas dalam pemilihan gubernur di sejumlah provinsi yang digelar 27 Juni lalu. Faktor figur disebut lebih menentukan dalam pilkada.
Direktur Riset SMRC Deni Rivai menjadikan pilgub di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan sebagai contoh. Hasil sementara dari pilgub di tiga provinsi itu menunjukkan pola serupa yaitu faktor figur mengalahkan basis pemilih koalisi parpol.
"Di tiga daerah itu calon yang didukung oleh partai dengan suara dukungan lebih sedikit menang dalam pilkada," kata Deni dalam paparan exit poll SMRC di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk pada laporan
exit poll SMRC tersebut, pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul yang mengantongi 15,4 persen basis suara hasil koalisi PKB, Nasdem, PPP, dan Hanura berhasil meraih sekitar 33 persen suara di pilkada.
Hal serupa terjadi di Jawa Timur, Khofifah-Emil Dardak yang memiliki basis pemilih 21 persen hasil koalisi Golkar, Nasdem, Demokrat, PPP, PAN, dan Hanura unggul dari perolehan lawannya, Gus Ipul-Puti Soekarnoputri yang mempunyai basis pemilih 59,8 persen dari koalisi besar antara PDIP, Gerindra, PKB, dan PKS.
Sementara di Sulawesi Selatan ada Nurdin Abdullah-Andi Sudirman mendapat suara sekitar 43 persen, meskipun basis pemilih koalisi parpol pendukung mereka hanya 14,9 persen. Jumlah tersebut unggul dari basis koalisi pendukung Nurdin Halid-Qahhar Mudzakkar sebesar 42,4 persen.
Bagi Deni, fenomena itu menunjukkan pemilih masih condong memilih figur ketimbang partai.
"Pilkada ini mengonfirmasi ulang temuan sebelumnya bahwa kekuatan figur calon jauh lebih penting daripada mesin partai," ucapnya.
Dalam kasus Jawa Barat misalnya, Deni menilai pemilihan TB Hasanuddin-Anton Charliyan oleh PDIP kurang tepat. Selain tidak populer, ia menilai kredibilitas pasangan itu relatif rendah di mata masyarakat Jabar.
"Setidaknya tokoh ini tidak mampu menunjukkan kualitas personal yang lebih baik dari calon lain," ujar Deni.
Kendati demikian, Deni berkata keberadaan mesin partai tetap penting dalam kontes pemilu asalkan koalisi dapat disiplin.
(pmg)