Jakarta, CNN Indonesia -- Perolehan suara versi hitung cepat pasangan
Sudrajat-Ahmad Syaikhu menjadi kejutan dalam pemilihan gubernur Jawa Barat 2018. Namun kenaikan jumlah suara yang dianggap berhasil mematahkan prediksi lembaga survei tersebut tidak serta-merta menjadi kabar baik bagi
Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Peneliti Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips Vermonte menilai jumlah suara pasangan Asyik itu jutrsu menunjukkan fakta bahwa PKS tak bisa mempertahankan kekuasaannya di Jawa Barat.
"Dalam perspektif saya Jabar itu diperintah 10 tahun oleh PKS tapi kemudian mereka kehilangan gubernur di pilkada kemarin," ujar Philips dalam acara rilis exit poll di kantor Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), Jakarta Pusat, Selasa (3/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama 10 tahun terakhir, kata dia, PKS menguasai Jawa Barat lewat kadernya Ahmad Heryawan. Riwayat itu berpeluang besar berakhir karena Ridwan Kamil sejauh ini masih unggul dalam penghitungan sementara.
"Kalau dilihat dari posisi itu, itu kemunduran buat PKS," imbuh Philips.
Sebelumnya, calon wakil gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengaku kecolongan oleh pasangan Asyik. Semula ia berpikir jika pasangan Ridwan Kamil-UU Ruzhanul merupakan satu-satunya lawan tandingnya.
Dedi melihat lonjakan suara Asyik terjadi dalam kurun yang sangat cepat, mengingat survei-survei sebelumnya menyebut potensi suara yang bisa didulang oleh pasangan yang didukung PKS, Gerindra, dan PAN itu tak lebih dari 10 persen.
"Siapa sih yang menduga itu. Kami kan menganggap (lawan kuat) hanya Ridwan Kamil pada waktu itu, dan kami tidak menduga pada waktu dekat dan cepat itu semua bisa berubah," kata Dedi di Gedung DPP Partai Golkar, Jakarta, Senin (2/7).
RK Mencuri Basis Koalisi AsyikSementara itu, Direktur SMRC Deni Irvani mengungkapkan, berdasarkan rilis survei lembaganya, Ridwan-UU berhasil mencuri basis pemilih pasangan Asyik yang menguasai 26,9 persen populasi Jawa Barat. Pasangan berjuluk Rindu itu berhasil mencuri 21 persen dari basis pendukung Asyik.
Menurut Deni, pasangan Asyik sebenarnya berhasil melakukan hal serupa dengan menggembosi basis pemilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi. Pasangan 2DM itu sejatinya memiliki basis dukungan 20,1 persen populasi yang berasal dari koalisi Golkar dan Demokrat.
"Tapi 20 persen pendukung 2DM membelot memilih pasangan Asyik," kata Deni.
Namun pasangan Rindu, kata Deni, paling menang banyak soal mencuri suara ini. Selain mengambil 29 persen basis pemilih 2DM, mereka juga mendapat 32 persen basis pemilih TB Hasanuddin-Anton Charliyan yang didukung oleh PDIP.
"Di Jabar, RK-Uu berhasil menarik basis pemilih calon lain, sementara Asyik berhasil menggarap maksimal basis pemilihnya," ucap Deni.
(dal)