Kejahatan Jalanan, Kecerdikan Pelaku dan Kelengahan Aparat

Gloria Safira Taylor | CNN Indonesia
Jumat, 06 Jul 2018 08:34 WIB
Kejahatan jalanan yang marak di Jakarta akhir-akhir ini dinilai terjadi lantaran pengamanan aparat pascalebaran mengendur. Pelaku pun memanfaatkan situasi itu.
Ilustrasi penangkapan pelaku kejahatan jalanan. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kejahatan jalanan belakangan marak terjadi baik di wilayah DKI Jakarta maupun wilayah pinggir ibu kota. Jambret dan begal menjadi salah satu bentuk kejahatan jalanan yang sering menimpa masyarakat belakangan ini.

Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon, mengatakan kejahatan jalanan justru marak pasca masa Lebaran. Di sini dia menilai titik masalahnya.

Diketahui polisi melakukan Operasi Ketupat untuk menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dari tindak kejahatan, terutama selama arus mudik dan balik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Josias melihat pelaku kejahatan jalanan sengaja memanfaatkan situasi pengamanan yang mulai kendur pasca pengamanan masa Lebaran yang cukup ketat.

"Target (jumlah penangkapan pelaku kejahatan oleh aparat) mengendor artinya juga sekarang para penegak hukum yang lain beristirahat itu kemudian dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan," ujar Josias saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (5/7).

Josias mengatakan terdapat tiga hal yang saling berkaitan dalam tindak kejahatan jalanan yaitu pelaku, aparat penegak hukum, dan situasi di lapangan. Ia mengatakan pelaku akan melihat situasi pengamanan yang dilakukan aparat di lokasi-lokasi yang dinilai rawan. Sementara situasi di lapangan itu akan berkaitan dengan waktu beraksi yang akan dilakukan.

Artinya pelaku dengan cerdik memanfaatkan hal-hal itu. Pelaku memanfaatkan kendurnya pengamanan, terutama di lokasi-lokasi yang sudah dipantau, serta menemukan timing yang tepat untuk melakukan aksinya.

"Pelaku kejahatan kan selalu lihat bagaimana kondisinya," tutur Josias.

Setidaknya sudah terdapat dua korban tewas dari aksi kejahatan jalanan yang terjadi dalam sepekan terakhir. Korban tewas pertama kali menimpa perempuan berusia 37 tahun berinisial W. Dia yang pada Minggu (1/7) pagi menumpang ojek daring tewas akibat setelah terjatuh saat dijambret di tengah kendaraan sepeda motor yang melaju di Jalan Cempaka Putih, Jakarta Pusat.

Tewasnya W karena terjatuh dari motor yang sedang melaju kencang dan terseret di jalan. Penjambret pun melarikan diri.

Peristiwa kejahatan jalanan selanjutnya menimpa S (34), Rabu (4/7) malam di kawasan Cipondoh, Tangerang. S ditembak dan ditusuk oleh begal saat berusaha mempertahankan motor. S pun tewas.

Sebelum W dan S, kejahatan juga menimpa Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarief Burhanudin yang dijambret saat sedang bersepeda di kawasan Kota Tua, akhir bulan lalu. Kali itu aparat bergerak cepat dan bertindak tegas dengan menembak mati satu penjambret.


Pencegahan, Ketimbang Tembak Mati

Menurut Josias yang harus dijadikan perhatian dari aksi kejahatan jalanan adalah apakah kejahatan itu memang terjadi di lokasi rawan kriminal atau tidak. Jika kejahatan jalanan masih terjadi di lokasi rawan, pengawasan polisi pun dipertanyakan.

Di satu sisi, polisi bukan tanpa respons dalam aksi kejahatan jalanan akhir-akhir ini. Kejahatan jalanan yang semakin marak jelang Asian Games ini pun membuat Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Idham Azis mengintruksikan anak buahnya untuk tidak segan-segan menembak mati pelaku yang melawan petugas.

Josias menilai tindakan tersebut memang berpotensi mengurangi kejahatan jalanan. Namun akan lebih tepat jika dilakukan tindakan persuasif terlebih dahulu, misalnya dengan pencegahan.

"Jadi kalau dalam beberapa wilayah rawan yang memang kasusnya tinggi, penanganannya secara persuasif tidak dapat dilakukan, untuk membuat tobat si pelaku itu memang harus dilakukan (tembak mati). Otoritas setempat harus jelaskan, jangan tiba-tiba ada begal, tembak mati," ujarnya.

Kejahatan Jalanan, Kecerdikan Pelaku dan Kelengahan AparatKapolda Metro Jaya Irjen Idham Azis mengintruksikan anak buahnya tembak mati pelaku kejahatan yang melawan polisi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Sementara itu Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan dari Operasi Kewilayahan untuk memberantas begal dan jambret yang sudah dilakukan Rabu (4/7), polisi telah melakukan penangkapan terhadap puluhan pelaku dalam 57 kasus jambret dan begal.

Dari 57 kasus tersebut, 39 pelaku diantaranya ditahan. Hasil penangkapan tersebut akan diumumkan Jumat (6/7) ini.

"Jadi dari 39 itu melakukan jambret, curanmor, kemudian ada penangkapan dengan sajam. Pelaku sudah kita lakukan penahanan," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Kamis (5/7).



(osc/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER