Jakarta, CNN Indonesia -- Teriak dan seruan 2019 ganti presiden terdengar dari mulut peserta Aksi 67 di depan Bareskrim Polri. Seruan itu terdengar bersahutan, salah satunya dalam bentuk pantun.
Waktu menunjukkan hampir pukul 15.00 WIB, mobil komando Aksi 67 saat itu masih bersiaga menunggu delegasi yang dikirim ke dalam Bareskrim. Pada saat itulah salah seorang pemuka aksi yang juga mengenakan gamis dan imamah melancarkan orasi.
Awalnya figur itu menceritakan riwayat Nabi Muhammad yang tak pandang bulu dalam menegakkan keadilan. Tak lama kemudian, topik orasinya bergeser dengan menyuarakan 2019 ganti presiden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menggaungkan jargon tersebut, ia menolak hal itu dikaitkan dengan kampanye.
"Jangan bicara politik, jangan bicara kampanye. Saya enggak bicara kampanye, saya enggak menyebut calonnya," ucap sang orator yang diikuti pekik persetujuan dari para peserta.
Dia meyakini jargon 2019 ganti presiden merupakan ungkapan kekecewaan rakyat atas ketidakadilan dari pemerintah.
 Massa Aksi 67 menuntut polisi segera mengusut dan memproses kasus mangkrak dugaan penistaan agama. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Lalu tak lama kemudian sang orator mengajak para peserta mendengar pantun buatannya.
Ada ibu-ibu pake kondeLiat cacing di dalem sardenAda ibu-ibu pake kondeLiat cacing di dalem sardenJangan mimpi dua periode!2019 ganti presiden!Lantas para peserta seketika meneriakkan kalimat takbir beberapa kali sembari mengepalkan tangan ke udara.
"Siap perjuangkan komando imam besar? Takbir!" sambung sang orator sekaligus menyudahi protes massa di Bareskrim.
Pantun tersebut menutup aksi massa di depan markas Bareskrim. Mobil komando kemudian bergerak menuju Medan Merdeka Timur, tempat Kementerian Dalam Negeri berada. Agenda berikutnya dari Aksi 67 itu adalah memprotes kebijakan Mendagri Tjahjo Kumolo dan memintanya melepaskan jabatan.
(gil)