Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Yusuf Supendi yang kini menjadi caleg PDIP, mendapat mandat dari partai untuk menggelorakan kembali pemikiran Sukarno tentang Islam.
PDIP telah resmi menggaet Yusuf menjadi caleg di Pemilu 2019. Dia akan berkontestasi di daerah pemilihan (dapil) Bogor, Jawa Barat.
Kata Hasto, pemikiran Sukarno tentang Islam penting untuk sebarkan lantaran selama era Orde Baru, pemikiran-pemikiran itu dikucilkan oleh rezim yang berkuasa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia melanjutkan selain memiliki pemikiran-pemikiran tentang Islam, Sukarno juga aktif berjuang membantu negara-negara Islam meraih kemerdekan, misalnya Aljazair.
Sukarno pun berjasa besar karena menjadi pelopor Konferensi Asia Afrika. Hasto mengatakan jasa-jasa Sukarno tersebut seolah hilang di era Orde Baru.
"Selama 32 tahun Orde Baru kami melihat banyak sejarah yang digelapkan. Dan di situlah Pak Yusuf Supendi punya tugas nanti untuk bersama-sama menggelorakan kembali seluruh pemikiran Bung Karno tentang Islam," kata Hasto di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (17/7).
Hasto pun bercerita perihal keputusan Yusuf menjadi caleg PDIP. Dia berkata hal itu tak lepas dari kedekatannya dengan partai berlambang banteng,
Menurut Hasto, kedekatan itu sudah terpupuk medio 2004-2009 silam. Dia mengklaim saat itu sering berdiskusi Yusuf sebagai sesama anggota DPR RI.
"Sehingga dialog itu menunjukkan bahwa Pak Yusuf akhirnya menyatakan bergabung ke PDIP," kata Hasto.
Yusuf adalah salah satu pendiri Partai Keadilan yang merupakan cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera.
Baik PK maupun PKS mengklaim sebagai partai dakwah. Basis massanya adalah umat Islam. Sementara PDIP adalah partai berhaluan nasional.
Dengan perbedaan warna politik tersebut, menyeberangnya Yusuf ke PDIP ini tentu saja mendapat sorotan luas. Namun Hasto menegaskan bahwa PDIP adalah rumah bagi semua.
Dia berkata meski ada riwayat perbedaan pandangan politik, bukan berarti seseorang langsung ditolak untuk bergabung dengan PDIP.
"Sehingga mereka yang terpanggil untuk bersama dengan PDIP, akan membuka pintu ketika ada yang mengetuk," ujar Hasto.
(wis)