Jakarta, CNN Indonesia -- Survei dari Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan tingkat kepercayaan publik terhadap demokrasi masih besar. Namun, dalam survei yang sama, kepercayaan publik terhadap partai politik relatif terpuruk.
Penilaian publik terhadap sistem demokrasi yang berjalan di Indonesia diterima positif oleh 73 persen responden yang berjumlah 2.100 orang dari 34 provinsi. Mereka menilai demokrasi lebih baik dari bentuk pemerintahan lainnya.
Sebagian besar responden juga melihat pemerintah Indonesia cukup berhasil dalam menerapkan demokrasi. Sekitar 82 persen responden menyatakan Indonesia demokratis, jauh lebih banyak dari anggapan tidak demokratis yang hanya 8 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peneliti senior LIPI Syamsuddin Haris menilai hasil tersebut menggembirakan. Syamsuddin melihat besarnya kepercayaan publik terhadap iklim demokrasi membawa harapan dalam pembenahan negara.
"Sebab kalau publik atau responden yakin akan partisipasinya, akan keterlibatannya, tentu ini sesuatu yang positif yang bisa membenahi kehidupan politik bangsa kita ke depan," ujar Syamsuddin di Hotel Atlet Century, Jakarta, Kamis (19/7).
Temuan menarik lain dari survei ini adalah persepsi responden terhadap pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Soeharto. Dari 13 persen responden yang merasa demokrasi tidak cocok bagi Indonesia, 57 persen di antaranya menilai sistem politik di Orde Baru lebih baik dibanding sekarang.
"Orde Baru dan jargon rindu Soeharto makin tidak laku. Artinya semakin sedikit pendukung Soehartoisme atau pola pemerintah Orde Baru," ucap Kepala P2P LIPI Firman Noor.
Sentimen positif terhadap demokrasi ini ternyata tidak diikuti oleh kepercayaan publik terhadap partai politik. Ini terlihat dari preferensi partai politik.
PDIP merupakan partai paling banyak dipilih oleh responden dengan skor 24,1 persen, diikuti oleh
Golkar 10,2 persen, dan
Gerindra 9,1 persen. Namun skor ketiga parpol itu masih kalah dari responden yang tidak menjawab, yakni sebesar 26,1 persen.
Temuan itu makin kuat ketika 26,1 persen responden yang tidak memilih partai politik itu dihadapkan kandidat capres ideal. Meski 33 persen masih setia tidak menjawab, 45,8 persen memilih
Jokowi, 18,6 persen memilih
Prabowo Subianto, lalu sisanya golput.
Firman menduga temuan itu muncul akibat performa partai politik di Indonesia masih jauh dari harapan masyarakat. Terlebih menurutnya budaya politik di negara ini kental bersifat parokial di banyak tempat.
"Orang Indonesia setuju akan demokrasi, tapi tidak begitu yakin dengan partai politik," tukas Firman.
Survei LIPI ini dilakukan pada 19 April-5 Mei 2018 di 34 provinsi dengan 2.100 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara tatap muka.
Sementara
margin of error pada sampel penelitian ini berkisar 2,14 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Metodologi yang digunakan adalah
multistage random sampling.
(res)