Jakarta, CNN Indonesia -- Penceramah Abdul Somad menyebut penceramah yang terpapar radikalisme hanya sebanyak angka enam persen. Sementara, para jemaah yang mempercayainya hanya sekitar dua persen.
"Jadi, masjid yang penceramahnya menyampaikan ujaran kebencian hanya 6 persen saja, dan yang jemaahnya percaya cuma 2 persen, sisanya [jamaahnya] pada tidur," kata Somad saat mengisi pengajian akbar yang diselenggarakan Dewan Masjid Indonesia (DMI) di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (25/7).
Somad mengatakan data tersebut didapatkan dari riset tim DMI bahwa tak semua masjid jadi sarang penyebaran radikalisme. Menurutnya, masyarakat Indonesia sudah mulai cerdas dan kritis untuk menilai penceramah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Makanya kalau bicara fakta data, jika saya yang bicara orang pasti enggak dengar. Kalau saya yang klarifikasi orang enggak ada yang dengar, tapi kalau orang DMI yang tampil langsung, enggak ada itu masjid sarang radikal," cetus dia.
Somad lantas menyarankan masyarakat kritis saat mengetahui ada penceramah di masjid-masjid yang kerap kali mendengungkan kalimat kebencian dalam ceramahnya.
Menurutnya, masyarakat dapat memprotes dan menginterupsi langsung ustaz tersebut jika subtansi ceramahnya justru menyebarkan ujaran kebencian ketimbang berbicara soal kerukunan antarmasyarakat.
"Kalau ada ustaz yang ceramah bilang 'kalau tetanggamu beda agama, kalau tetanggamu tidak sama, bakar rumahnya, larikan anak gadisnya', itu langsung saja dikritik, 'hei Pak Khatib turun, kamu mengigau ya?' Masyarakat sekarang sudah cerdas," kata Somad.
Selain itu, Somad juga mengajak masyarakat untuk menjaga persatuan bangsa meski berbeda pandangan organisasi maupun dan latar belakang agama.
Ia juga mengimbau agar para umat Islam sebagai umat mayoritas di Indonesia harus menghormati dan melindungi kaum minoritas yang berbeda keyakinan.
"Kita bisa menolong 85 persen umat Islam dan bisa melindungi saudara kita yang 15 persen minoritas. Mayoritas melindungi minoritas," ungkapnya.
Tak hanya itu, Somad juga meminta agar umat Islam tak mudah tersinggung dan terpecah belah hanya karena perbedaan kelompok ormas.
"Semua ormas itu ibarat kendaraan. Semuanya datang ke Istiqlal, tapi kendaraannya macam-macam, ada yang datang naik ojek, motor, mobil, helikopter, itu hanya cara," kata Somad.
Acara pengajian DMI itu turut dihadiri oleh Istri Wakil Presiden Mufidah Jusuf Kalla dan Wakapolri sekaligus Wakil Ketua Umum DMI Komjen Syafruddin.
(arh/sur)