Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (
SBY) berpendapat perombakan bongkar pasang partai koalisi
Jokowi untuk Pilpres 2019 masih mungkin terjadi. Hal itu bisa dipicu karena satu atau dua partai tak cocok dengan cawapres yang ditunjuk Jokowi.
"Bisa saja. Bisa iya, bisa tidak, ini pandangan saya pribadi. Pak Jokowi sekarang didukung 6 parpol, mereka mengatakan solid. Ada kemungkinan, kalau ada satu dia yang
break up karena tidak cocok cawapresnya, ya itu bisa saja terjadi. Sehingga (hal ini akan) menimbulkan dinamika baru," kata SBY dalam konferensi pers di kediamannya di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (25/7).
Dinamika politik menjelang pendaftaran capres-cawapres yang dimulai 4 Agustus itu masih sangat cair. Kekacauan masih mungkin terjadi, namun saat ini hal itu masih menjadi spekulasi belaka.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Oleh karena itu, Demokrat masih membuka jalur komunikasi dengan parpol lainnya untuk membentuk koalisi. SBY menerangkan bahwa sebelumnya dia juga sempat bertemu dengan Ketum Golkar, Airlangga Hartanto.
"Saya bertemu pak Airlangga, tapi tidak spesifik membahas pembentukan poros atau koalisi baru," terang SBY.
Menurut SBY pertemuan itu hanya mengerucut pada kesepakatan kedua belah pihak untuk semakin sering menjalin komunikasi. Meski demikian, SBY mengetahui bahwa Golkar telah mengikrarkan kesetiannya pada Jokowi untuk Pilpres 2019.
"Yang kami sepakati dulu ya, ayolah kita jalin komunikasi. Tapi saya tahu pak Airlangga (adalah) menterinya pak Jokowi, dan kemarin baru mengikrarkan soliditasnya," kata dia.
Di sisi lain, Airlangga juga sempat menyatakan rencana dirinya untuk maju sebagai bakal calon wakil presiden kepada SBY.
(eks)