Jakarta, CNN Indonesia --
Novel Baswedan berjalan perlahan di pelataran Gedung
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mengenakan kemeja batik lengan pendek berwarna cokelat dan celana bahan hitam, Novel langsung menuju ke kerumunan pegawai lembaga antirasuah yang menunggunya.
Novel dengan tas selempang di pundak kanannya menyalami satu per satu, mulai dari Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, mantan Ketua KPK Abraham Samad, mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto, hingga Ketua Wadah Pegawai KPK Yudi Purnomom
Mereka pun langsung membentuk barisan di hadapan ratusan pegawai KPK yang sudah berkumpul sejak pagi, Jumat (27/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Novel untuk pertama kali kembali bekerja selepas beristirahat akibat siraman air keras oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017. Salah satu penyidik senior KPK itu harus menjalani perawatan di Singapura lantaran kedua matanya rusak akibat siraman air keras.
Dalam menyambut kedatangan Novel, beberapa pegawai KPK memegang poster bertuliskan 'Novel Kembali, Presiden Kemana?'. Mereka mengenakan kemeja putih dengan pita warna merah yang melingkar di lengan kanan maupun kiri.
Ketua KPK Agus Rahardjo memberikan sambutan atas kehadiran Novel yang kembali bekerja di lembaga antikorupsi. Agus memastikan bahwa Novel akan tetap bekerja sebagai penyidik dan tak akan dimutasi ke posisi yang lain.
"Anda adalah warga kami, insan KPK. Oleh karena itu kami akan terima sepenuh hati. Tetap bertugas semula tanpa ada mutasi," kata Agus.
Dalam kesempatan itu, Agus beserta pimpinan KPK lainnya berjanji akan terus menagih janji Presiden Joko Widodo untuk menuntaskan kasus penyiraman air keras terhadap Novel.
Agus juga mengatakan bahwa kedatangan Novel kembali bekerja memberikan semangat baru pada KPK untuk terus memberantas korupsi.
"Adanya dek Novel di penyidik memberikan semangat baru, memberikan teladan baik buat terus nerkembang maju, KPK makin baik untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara," kata Agus.
Setelah mendengarkan sambutan dari Agus dan beberapa pihak lainnya, Ketua WP KPK Yudi Purnomo secara simbolik memberikan mawar putih kepada Novel.
Menurut Yudi, mawar putih tersebut menjadi simbol pihaknya untuk tetap mendesak pemerintah mengungkap pelaku penyiraman air keras.
"(Mawar putih) simbol bahwa perjuangan tidak akan pernah henti," kata Yudi sembari menyerahkan mawar putih kepada Novel.
 Novel Baswedan disambut di KPK. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan) |
Novel pun lantas menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang terus memberikan mendukung dan perhatian kepada dirinya terkait penyiraman air keras yang ia alami. Ia pun bersyukur saat ini bisa kembali melihat meskipun terdapat beberapa kendala.
"Saya ingin sampaikan tidak ada rasa sedih pada diri saya, tidak ada rasa saya jatuh mental, tidak ada. Apa yang terjadi pada diri saya, saya syukuri," kata Novel sembari menggem mawar putih di tangan kirinya.
Novel juga mendesak Jokowi turun tangan untuk menyelesaikan kasus penyiraman air keras. Ia menuntut Jokowi lantaran dirinya meyakini Polri tak mau mengungkap kasus penyiraman air keras kepada dirinya.
Hampir 16 bulan berlalu, sampai hari ini pelaku penyiraman air keras itu tak kunjung terungkap.
Lebih lanjut, Novel mengatakan semua elemen bangsa, khususnya Jokowi untuk serius melakukan pemberantasan korupsi.
"Tidak hanya masuk diretorika atau hanya kamuflase atau penyampain lisan atau hanya sekeder seremoni, tapi betul-betul serius," tuturnya.
Novel sempat terdiam sejenak dan menundudukan kepalanya. Dengan terbata-bata, Novel mengaku terharu dengan dukungan semua pihak kepada dirinya atas kasus penyiraman air keras yang tak kunjung terungkap meski telah hampir 16 bulan berlalu.
"Saya dengar penyampaian dari beberapa rekan saya dan saya sedikit terharu karena mereka sungguh-sungguh berani dan serius untuk berjuang, itu suatu kebanggaan yang sangat besar untuk saya," kata Novel dengan parau.
Sempat diam beberapa detik, Novel menyatakan agar keberanian para pegawai KPK dan sejumlah pihak lainnya dalam melawan teror terhadap kerja pemberantasan korupsi harus terus dikobarkan. Namun, menurut Novel, keberanian saja tak cukup tanpa menjujung tinggi integritas.
"Ingat bahwa yang berjuang berantas korupsi pasti dimusuhi, baik diteror atau difitnah, dikatain main perkara, disebut terima uang, pasti ada yang demikian. Maka keberanian tidak cukup, harus berintegritas dan sabar," ujarnya.
(dal/asa)