Jakarta, CNN Indonesia -- Akibat pidato yang disampaikan di hadapan para relawan pendukungnya, Presiden petahan RI Joko Widodo (Jokowi) dilaporkan organisasi masyarakat sipil di Yogyakarta, Indonesia Court Monitoring (ICM) ke empat lembaga negara.
Empat lembaga negara yang dituju adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Kepolisian Republik Indonesia (Polri), dan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).
Menanggapi pelaporan tersebut, Tenaga Ahli Deputi Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin mengimbau agar masyarakat tak terlalu menanggapi isi pidato tersebut berlebihan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya mau
ngasih tahu kepada Anda semua bahwa beliau (Jokowi) mengerti, beliau tahu, beliau paham pilihan kata yang dilakukan," ujar Ali Ngabalin saat hadir sebagai salah satu narasumber dalam acara Prime News di
CNNIndonesia TV, Senin (6/8) malam.
Sebelumnya, pembawa acara
CNNIndonesia TV, Putri Ayuningtyas, meminta tanggapan Ali atas surat laporan ICM ke empat lembaga yang dikirimkan lewat Kantor Pos Besar Yogyakarta, Senin siang (6/8).
"Jangan ada juga yang baper (terbawa perasaan)," ujar Ali Ngabalin.
Ali Ngabalin mengatakan pidato sang petahana dalam Rapat Umum Relawan Joko Widodo di Sentul, Bogor, pada Sabtu (4/8) lalu sudah diperhitungkan.
Oleh karena itu, sambungnya, Jokowi menekankan pada bagian 'jangan
ngajak (berantem)' setelah pernyataan, 'Kalau diajak berantem juga berani'.
Spanduk #2019TetapJokowi terbentang pada Rapat Umum Relawan Jokowi yang berlangsung di Sentul International Convention Center, Bogor, 4 Agustus 2018. (CNN Indonesia/Dhio Faiz) |
Narasumber lain dalam
Prime News, pengajar komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai Jokowi terbawa suasana karena baru bertemu kembali dengan para relawan.
Walaupun begitu, ia menyayangkan Jokowi yang juga berstatus presiden bagi seluruh Indonesia mengutarakan soal 'berantem' itu meskipun di hadapan para wartawan.
"Teori komunikasinya ada. Ini sangat
basic sebetulnya, '
Who says what in which channel to whom with what effect?'. Nah, '
who says what' ini yang sebetulnya, dengan segala hormat Pak Jokowi lupa," ujar Hendri.
Hendri mengatakan para relawan yang hadir di Sentul itu membutuhkan legitimasi dari orang yang bakal mereka dukung. Dan, sambungnya, ketika Jokowi menyampaikan pidato di hadapan mereka itu pun menjadi pelecut semangat untuk bergerak jelang Pilpres 2019.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo yang juga hadir dalam acara tersebut menyatakan apa yang sudah terjadi harus menjadi cermin evaluasi bagi Jokowi sebagai Presiden saat ini, dan bakal petarung untuk Pilpres 2019.
"Kepada Presiden Jokowi agar hati-hati. Bagaimanapun juga Bapak itu adalah Presiden Republik Indonesia," tutur Roy.
Sebelumnya, berpidato di hadapan relawan di Sentul, Jokowi bertutur, "Jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah. Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani."
Seruan itu pun disambut riuh tepuk tangan dan teriakan puluhan ribu relawan yang hadir.
"Jangan
ngajak. Kalau diajak?" tanya Jokowi ke relawan.
"Berantem!" balas para relawan.
(kid/asa)