Jakarta, CNN Indonesia -- Sehari sebelum deklarasi calon wakil presiden kubu Ketum Gerindra Prabowo Subianto, politikus Partai Demokrat Andi Arif menuding mental Prabowo ambruk hanya dengan uang Sandiaga Uno. Melalui akun Twitter-nya, Andi menyebut Prabowo sebagai 'Jenderal Kardus' karena dengan mudah mengalihkan nama cawapresnya jadi Sandiaga Uno.
Sandiaga yang juga Ketua Dewan Pembina Gerindra itu disebutkan Andi bisa 'membeli' PAN dan PKS sebesar Rp500 miliar untuk masing-masing pihak. Lontaran emosional Andi itu kemudian dibalas Wakil Ketua Umum Gerindra dengan menyebut Ketum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Jenderal Baper.
Itu pun menandai seolah komunikasi politik antara SBY dan Prabowo yang mental jelang hari akhir Pilpres 2019, 10 Agustus 2018. Namun akhirnya, sesaat sebelum Prabowo-Sandiaga mendaftar ke KPU untuk Pilpres 2019, Demokrat menyampaikan dukungan resmi turut mengusung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengajar Komunikasi Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, melihat ada hal lain dalam dukungan 'telat' Demokrat kepada Prabowo. Pertama, adalah tak ada klarifikasi terkait pernyataan Andi Arief.
"Yang saya sesalkan itu suara Andi Arief itu tidak diperbaiki atau dikonfirmasi oleh Demokrat. Jadi seakan-akan suara 'jenderal kardus' itu oleh Demokrat," kata Hendri saat dihubungi
CNNIndonesia.com pada Jumat (10/8).
Selanjutnya, Hendri pun menilai agak aneh melihat SBY tak turut mengantar Prabowo-Sandiaga mendaftar ke KPU seperti juga ketua-ketua umum parpol pengusung pasangan tersebut.
SBY justru mengutus putranya, Komandan Komando Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) beserta sejumlah petinggi untuk turut mengantar Prabowo-Sandiaga mendaftar di KPU.
Selain itu, berbeda dengan pascaterjalinnya komunikasi politik dengan para Ketum Parpol untuk koalisi sebelum hari ini, SBY pun tak menggelar jumpa pers pada Jumat (10/8).
Soal dukungan untuk mengusung Prabowo-Sandiaga itu disampaikan Ketua Dewan Pembina Demokrat EE Mangindaan, dan Sekjen Demokrat Hinca Panjaitan. Selain itu, di depan rumah SBY di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, AHY lah yang keluar menghadapi wartawan dan menyampaikan keterangan termasuk meminta maaf gagal jadi cawapres Prabowo.
Komandan Kogasma Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ikut mengantar pendaftaran Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai bakal calon peserta Pilpres 2019 di Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Jumat, 10 Agustus 2018. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Hal itu semakin memperlihatkan kecanggungan SBY yang 'seolah' terpaksa harus memihak dan tak lagi netral seperti yang dilakukan pada Pilpres 2014 silam. Jika sebagai partai parlemen tak memilih sikap, Hendri mengatakan Demokrat tak bisa turut dalam Pilpres 2024.
Akhirnya, setelah tak bisa masuk ke koalisi pengusung Presiden petahana RI Joko Widodo (Jokowi), mau tak mau akhirnya Demokrat pun harus menerima cawapres pilihan Prabowo yakni Sandiaga.
"Pasti dia galau berat tapi dia kan enggak bisa lagi gitu [netral]. Jadi akhirnya mau engga mau masuknya ke Prabowo-Sandi... kalau enggak dia akan kena sanksi KPU tidak bisa ikut pemilu di 2024. Kan lebih sakit lagi itu," imbuhnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy telah menegaskan pintu koalisi untuk Partai Demokrat merapat ke koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin sudah tertutup sejak Kamis (7/8) kemarin.
Lebih lanjut, Hendri menilai keputusan SBY berlabuh pada Prabowo-Sandi itu sudah benar. Sebab bersama kubu tersebut, AHY bisa belajar politik lebih banyak sebelum mengincar posisi baru di 2024.
"Ya kalau jabatan saya yakin dapatlah ya (Demokrat). Pasti akan dapat kalau Prabowo menang nggak akan lupa lah sama Demokrat," tutupnya soal apa yang akan terjadi setelah Pilpres 2019.
Dan, sebagai langkah awal, usai mendaftar di KPU, Sandiaga mengisyaratkan AHY akan masuk ke dalam tim sukes untuk kemenangan Prabowo dan dirinya dalam Pilpres 2019.
"Sekarang ini kita lagi duduk sama-sama ingin berjuang bersama-sama mas Agus," kata Sandiaga di KPU Jakarta, Jumat (10/8).
Mantan Wagub DKI Jakarta itu pun berjanji pihaknya akan menampung seluruh aspirasi partai yang mendukung dirinya. Dirinya juga akan mempersiapkan dan merumuskan solusi permasalahan negara ke setelah keluar pemenang dari Pilpres 2019.
(kid)