Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai
Demokrat Andi Arief menyatakan bakal pasangan capres dan cawapres
Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno dapat memenangkan Pilpres 2019 apabila perolehan suara seluruh partai koalisi di pileg mencapai 55 persen.
Demokrat menilai perolehan suara di pileg sama dengan perolehan suara di pilpres dalam Pemilu 2019. Karenanya target suara 55 persen itu dibutuhkan Prabowo-Sandi untuk mengalahkan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Diketahui, pemilihan anggota DPR dan capres-cawapres dalam Pemilu 2019 akan dilakukan secara serentak atau di hari yang sama, yakni 17 April 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Demokrat mendapat 15 persen suara [di pileg]. Kami berharap Gerindra sumbang 25 persen suara, PAN dan PKS 7 persen. Target pemenangan 55 persen," ucap Andi saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Selasa (4/9).
Andi menjelaskan jika Demokrat meraih 15 persen suara di pileg, maka Demokrat telah menyumbangkan 15 persen kepada Prabowo-Sandi di Pilpres. Begitu juga suara yang diperoleh oleh Gerindra, PKS, dan PAN besar kecilnya menjadi sumbangan Prabowo-Sandi.
Menurutnya, penghitungan tersebut tergolong rasional lantaran pemilihan anggota DPR dan capres-cawapres mendatang dilaksanakan secara serentak.
"Maka secara terukur 15 persen itu sumbangan Demokrat untuk memenangkan Prabowo-Sandi," ujar Andi.
"Pemilu berbarengan ini strategi kami, berapa besar suara partai itulah nantinya akan menjadi sumbangan suara buat Prabowo-Sandi," lanjutnya.
 Prabowo Subianto dan Joko Widodo akan kembali bertarung di Pilpres 2019. (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono) |
Meski begitu, Andi mengatakan strategi tersebut masih dibahas di internal Demokrat. Dengan kata lain, belum didiskusikan lebih lanjut dengan Gerindra, PKS, dan PAN selaku mitra koalisi.
"Perhitungan Partai Demokrat. Itu jalan untuk menang," kata Andi.
Andi tidak terlalu cemas jika partai poros koalisi Prabowo-Sandi memiliki pandangan berbeda. Dia juga tidak khawatir apabila mitra koalisi keberatan dengan strategi yang sejauh ini dirancang Demokrat.
Menurutnya, koalisi Prabowo-Sandi cenderung dinamis, sehingga segalanya masih bisa didiskusikan lebih lanjut demi hasil yang lebih maksimal.
"Koalisi bergerak. Bukan koalisi tidur," kata Andi.
(osc/gil)