Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (
SBY) menyampaikan
pidato politik di hadapan kader partainya, Senin (17/9).
Dalam pidato politik tersebut, SBY membanggakan capaian yang ia peroleh dalam memimpin Indonesia selama dua periode alias sepuluh tahun kurun waktu 2004-2014. Kini, setelah tak lagi berada di pemerintahan, SBY menegaskan Partai Demokrat terus mendengarkan suara rakyat demi mengetahui persolan yang dihadapi dan mencarikan solusinya.
"Satu tahun terakhir ini, saya pribadi, dan para kader utama Partai Demokrat telah berkeliling nusantara, mengunjungi ratusan kabupaten dan kota, untuk berdialog langsung dengan berbagai lapisan masyarakat," kata SBY dalam pidato yang disampaikannya di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Senin (17/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setidaknya lima poin penting diucapkan SBY soal suara rakyat yang mengeluh kepada dirinya mengenai kondisi yang terjadi pada pemerintahan saat ini.
"Saya mendengarkan keluhan ibu-ibu atas kenaikan harga-harga bahan pokok, sementara penghasilan mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Saya menerima keluhan mereka-mereka yang sulit mendapatkan pekerjaan, juga yang justru kehilangan pekerjaan," ujar SBY.
Selanjutnya, pensiunan jenderal TNI itu pun mengaku menangkap kecemasan anak-anak muda mengenai kepastian lapangan kerja di saat mereka lulus sekolah. Tak hanya itu, SBY pun mengaku menangkap kekhawatiran dunia usaha dari segala lapisan mengenai kondisi ekonomi yang berimbas pada bisnis mereka.
"Keluhan mereka juga menyangkut kebijakan perpajakan yang dianggap membebani," tutur SBY.
Tak hanya dari segi ekonomi, SBY pun mengaku mendengarkan keluhan masyarakat dari segi penegakan dan kesetaraan hukum, terutama dalam hal pemberantasan tindak pidana korupsi.
"Saya juga mendengarkan suara rakyat yang merasa takut untuk berbicara di ruang publik, maupun di media sosial, karena khawatir akan dikriminalisasi atau ditindak secara hukum," kata SBY.
Bukan hanya dari hasil turun ke lapangan dan mendengarkan cerita langsung, SBY pun meningatkan pemerintah bahwa hasil survei beberapa lembaga pun sudah menunjukkan adanya elemen ketidakpuasan masyarakat.
 SBY saat memberikan pidato politik di Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
"Sama dengan yang saya dapatkan ketika bertemu dan berdialog dengan rakyat. Namun, Partai Demokrat juga harus jujur, bahwa sebagian masyarakat puas dengan sejumlah hal, yang tentunya ini merupakan capaian pemerintah yang harus kami berikan apresiasi," tutur SBY.
Hadapi Krisis DuniaMengenai kambing hitam dari kondisi perekonomian Indonesia saat ini, yang salah satunya akibat lemahnya mata uang Rupiah di hadapan dolar Amerika Serikat, SBY menegaskan itu pun pernah dialami pemerintahan dirinya.
"Faktor eksternal yang berdampak pada ekonomi kita bukanlah hal yang baru bagi Indonesia. Selama 10 tahun memimpin, saya juga kerap menghadapi tekanan ekonomi yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal. Tahun 2005, tahun 2008 dan tahun 2013, kita menghadapi meroketnya harga minyak dunia. Tahun 2008 - 2009, kita menghadapi krisis perekonomian global," kata SBY.
Dia pun mengenang upaya yang dilakukan pemerintahannya demi menyelamatkan ekonomi Indonesia di tengah meroketnya harga minyak.
"Harga BBM harus beberapa kali dinaikkan. Ini keputusan yang sulit dan tidak populer secara sosial dan politik. Bagi seorang presiden, ini juga mendatangkan risiko tersendiri, seperti yang saya alami ketika harus menaikkan harga BBM pada tahun 2008, beberapa bulan sebelum Pemilihan Presiden dilaksanakan," kata SBY.
"Alhamdulillah, setelah kebijakan menaikkan harga BBM diambil, ekonomi kita selamat. Jadi, sebesar apapun faktor eksternal, selalu ada solusinya," sambungnya.
SBY menegaskan untuk menjaga Indonesia terpuruk akibat mendapatkan pukulan akibat krisis ekonomi global diperlukan faktor kepemimpinan manajemen krisis dan kebersamaan bangsa.
(tst/kid)