Jakarta, CNN Indonesia -- Tewasnya
Haringga Sirla (23 tahun) menambah daftar korban tewas akibat
pengeroyokan yang dilakukan kelompok suporter klub sepak bola Indonesia. Ari, panggilan akrab Haringga, merupakan pendukung
Persija anggota The
Jakmania yang tewas diamuk oknum bobotoh, suporter Persib di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Minggu (23/9).
Ari dikenal sebagai sosok yang sangat mencintai Persija. Beberapa kali Ari menonton Macan Kemayoran bertanding di luar kandang.
Laga di Bandung melawan Persib yang dikenal sebagai seteru abadi Persija, tetap ditonton Ari meski selama ini sejarah membuktikan kerap terjadi bentrokan antardua kelompok suporter.
Namun bukan Ari seorang yang cinta mati pada Persija. Ada ribuan The Jak lainnya yang sangat mengangumi klub asal ibu kota dan ingin mendampingi kemanapun Persija bertanding, termasuk ke GBLA, kandang musuh bebuyutan mereka, Persib Bandung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alfian Tanjung salah satunya. Pria 32 tahun ini mengaku sudah sudah menggandrungi Persija sejak duduk di bangku SMP. Sudah hampir 20 tahun, ia mengikuti perjalanan Persija. Alfian mengaku selalu menonton Persija saat bermain di Stadion Lebak Bulus, markas lama Persija. Sayang, Stadion Lebak Bulus kini hanya tingga kenangan dan sudah beralih rupa menjadi depo MRT.
Persija belum punya markas pengganti. Sebelum 'terusir' dari Lebak Bulus, Persija juga tak bisa lagi memakai Stadion Menteng yang kini jadi Taman Menteng.
Alhasil untuk laga kandang pun, Persija harus berpindah-pindah di kota lain.
Salah satu bentuk kecintaan Alfian pada klub yang identik dengan warna oranye itu adalah dengan menato logo Persija dan wajah legenda hidup Persija, Bambang Pamungkas di lengannya.
Alfian mengaku hampir menonton seluruh pertandingan Persija melawan klub sepak bola di Jawa, kemudian melawan Sriwijaya di Palembang, hingga PSM di Makassar. Kota Malang, Kediri, Solo, hingga Yogyakarta sudah seperti rumah kedua Alfian dan rekan-rekannya ketika menonton Persija menjadi tamu.
Salah satu laga tandang yang paling berkesan, kata Alfian, ketika dirinya bersama sejumlah The Jakmania akan menyaksikan laga penentuan Persija melawan Persebaya pada Desember 2004 lalu di Stadion Gelora 10 November Tambaksari.
 Tato Bambang Pamungkas, bukti cinta The Jak pada Persija. (CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan) |
Saat itu Alfian dan ratusan The Jak lainnya road show menonton beberapa pertandingan Persija di sejumlah kota.
"Dari Lamongan berangkat sampai di Sidoarjo naik truk ada sekitar 300 orang. Sampai Sidoarjo kami nekat dilarang pun tetap berangkat," tuturnya.
Laga kala itu merupakan penentuan juara liga. Namun, Persebaya yang akhirnya juara setelah menang 2-1.
Namun, Alfian mengaku, untuk menonton Persija di kandang Persib belum kesampaian. Terakhir rencana menonton Persija di Bandung pada Mei 2014 lalu pupus. Ribuan The Jakmania yang sudah berangkat dengan sekitar 50 bus diadang aparat kepolisian di Tol Cikampek-Cipularang. Padahal, saat itu tengah berjalan proses islah.
Alfian mengatakan kehadiran suporter dalam setiap laga, khususnya saat bertanding di kandang lawan, sangat penting bagi klub. Suporter menjadi tambahan semangat bagi klub yang bermain di markas lawan dengan dukungan penuh pendukung kesebelasan tuan rumah.
"Karena kan kami punya kebanggaan tersendiri gitu, apalagi kalau dukung tim sendiri. Ke Surabaya waktu itu sudah hampir masuk ke Sidoarjo, lagi-lagi dihalangi polisi. Sama waktu mau ke Bandung, dihalangi di Cikampek," katanya.
 Pemakaman Haringga Sirla, pendukung Persija yang tewas dianiaya. (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara) |
Sama seperti Alfian, Bayu juga penggila Persija. Pria 37 tahun ini adalah Koordinator Wilayah The Jak Mania Cengkareng yang membawahi Haringga.
Selain sebagai Korwil Cengkareng, Bayu sehari-hari sibuk mengurus toko yang menjual atribut dan pernak-pernik Persija, Begajul Outlet. Meskipun demikian, ia masih menyempatkan waktu datang ke stadion menonton tim kecintaannya itu.
Bayu mengaku sudah keliling Indonesia, 'mendampingi' Persija berlaga di kandang lawan. Paling jauh, Bayu dan rekan-rekannya terbang ke Singapura untuk mendukung Persija secara langsung. Namun, di balik itu semua, Bayu memiliki pengalaman mencekam ketika bertandang ke Makassar dan Lamongan beberapa tahun silam.
Saat di Makassar, Bayu mengaku dirinya dan rekan-rekan mendapat perlakuan kurang mengenakan dari pendukung PSM. Mereka diminta melepas baju berbau Persija sampai diacungkan senjata tajam oleh suporter setempat. Sementara di Lamongan, dirinya dan The Jakmania lain dilempari pendukung tuan rumah di dalam stadion. Tapi, menurut Bayu, hal itu adalah sebuah pengalaman dan tak menjadi masalah.
Terlepas dari itu, Bayu yakin anggota The Jakmania lain sama seperti dirinya, yakni memiliki mimpi untuk bisa datang mendukung Persija ketika melawan Persib di Bandung.
"Siapa si kagak pengen kalau nonton Persija di mana pun kita bisa hadirin, kita sudah beberapa kali islah (dengan Bobotoh). Siapa si tidak mau nonton satu tribun dengan rival dengan pengawalan ketat," kata Bayu.
Bayu sempat melawat ke Bandung, saat Persija melawan Persib masih digelar di Stadion Siliwangi. Namun, itu menjadi pengalaman pahit bagi Bayu dan rekan The Jakmania. Datang dengan sembilan bus, rombongan oranye itu mendapat sambutan kurang baik dari pendukung tuan rumah. Padahal, kata Bayu ketika Bobotoh menonton di Lebak Bulus, pihaknya sambut dengan terbuka.
"Sampai ke sana kita di-
sweeping, ditendangin. Akhirnya kita ngungsi di Kodim depan Stadion Siliwangi. Di situ kita agak emosi, mulai dari situ. Sebelumnya enggak ada. Awal mula perseteruan di situ," tuturnya.
Menurut Bayu, sejak saat itu sampai hari ini, The Jakmania belum pernah menonton secara langsung di stadion ketika Persija bertamu ke Persib. Terakhir, rivalitas kedua pendukung ini memakan korban lagi, Ari yang tewas dikroyok Bobotoh sebelum laga Persija melawan Persib di Stadion GBLA.
Namun, Bayu meminta para pendukung seluruh klub di Indonesia memetik hikmah, termasuk para pengurus Persatuan Sepak Bola Indonesia (PSSI) dan PT Liga Indonesia Baru, sebagai operator Liga 1. Bayu pun mengajak rekan-rekannya untuk tidak memupuk dendam atas kejadian kemarin. Pelaku pembunuhan Ari, menurutnya, biarkan penegak hukum yang memproses lebih lanjut.
"Sudah kejadian ini kita ambil hikmahnya saja, bagaimana ke depan kita tunggu keputusan pusat. Kita ikuti aturan pusat. Kalau kita timbul bales dendam, bales dendam, kapan berakhirnya kasus-kasus kekerasan ini?" ujarnya.
Sama seperti Bayu, sebagai The Jak, Alfian juga mengaku sangat ingin menonton laga Persija di kandang Persib. Ada sebuah kebanggaan tersendiri baginya.
Namun menurutnya, tetap harus memperhitungkan segala risiko sebelum berangkat ke Bandung untuk menonton Macan Kemayoran bertanding di sana. Ia menyebut nyawa jadi taruhan jika memang ingin menonton Persija di Bandung mengingat sejarah perseteruan dua kelompok pendukung.
Faktor keamanan tetap jadi pertimbangan matang untuk menonton. Bagi Alfian, percuma menonton di Bandung jika tidak mengenakan atribut The Jak, tidak bisa bersorak menyemangati pemain Persija dan menonton dengan penuh kewaspadaan.
"Buat apa kita bisa datang ke tempat lawan tapi enggak bisa ekspresikan, enggak bisa pakai baju oranye, enggak bisa teriak-teriak, buat apa? Ngapain? Lu bisa datang ke sana tapi nyaru pake baju tim lawan, buat apa? Mending enggak usah sekalian," kata dia.