Jakarta, CNN Indonesia -- Sebanyak 180 hektare dari 1.040 hektare pemukiman Kampung
Petobo, Kabupaten Sigi,
Sulawesi Tengah amblas akibat bencana gempa pada 28 September lalu.
"Karena bangunannya terseret oleh lumpur likuifaksi, kemudian ditenggelamkan dalam area luas 180 hektare, di permukaan sudah tidak kelihatan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Kamis (4/10).
Prediksi pihaknya, sekitar setidaknya 2.050 unit bangunan di Petobo rusak akibat tertimbun lumpur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, pemukiman di wilayah Balaroa, Palu yang turut terendam lumpur seluas 47,8 hektare dari total 238 hektare wilayah akibat bencana tersebut. Perkiraan jumlah bangunan yang rusak akibat tertimbun lumpur di Balaroa sebesar 1.045 unit.
"Medan memang cukup sulit ini karena bangunannya terseret oleh lumpur likuivaksi kemudian ditenggelamkan dalam area di bawah permukaan sudah tidak kelihatan," kata dia.
Sutopo mengatakan pihaknya belum menerima laporan terkait jumlah korban jiwa di dua wilayah yang amblas ke dalam lumpur tersebut.
"Menurut kedua Lurah setempat disampaikan ada beberapa ratus korban yang diduga tertimbun di lumpur dan amblesan," kata Sutopo
Saat ini pihaknya masih melakukan evakuasi dan pendataan dua dua wilayah tersebut guna mencatat korban jiwa.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Muhammad Syaugi mengatakan proses evakuasi belum dilakukan di sejumlah kelurahan tersebut karena terkendala akses jalan untuk memasukkan alat berat.
Basarnas saat ini memprioritaskan melakukan evakuasi di daerah-daerah yang bisa dimasuki alat berat.
"Balaroa cukup dalam. Jadi kami memprioritaskan tempat yang alat berat bisa, karena saya lihat tanpa alat berat tempat-tempat ini tidak bisa, dengan tangan manusia tidak bisa," kata Syaugi saat ditemui di Bandar Udara Mutiara Sis Al-Jufrie, Palu.
(rzr/kid)