Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Partai NasDem
Surya Paloh menilai Presiden
Joko Widodo rendah hati karena mengaku "kelepasan" dan "jengkel" usai berujar '
politikus sontoloyo'.
Baginya, ujaran itu wajar mengingat kata yang sama pernah digunakan oleh Presiden pertama RI Sukarno.
"Wajar sekali [Jokowi jengkel]. Saya pikir tidak ada yang salah. Bung Karno juga mencerminkan istilah... sontoloyo itu," ujar Surya, ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Kamis (25/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia justru mengatakan bahwa presiden bersikap rendah hati ketika mengaku kelepasan. Hal itu seharusnya justru diapresiasi.
"Jadi sekali-kali pak jokowi ngomong sontoloyo sebetulnya itu menunjukkan ketika beliau kelepasan, dia sikap
humble aja, rendah hati. Belum tentu saya akan nyatakan itu salah kalau saya ngomong sontoloyo. Tapi apapun juga itu satu penghargaan," ujarnya.
"Tapi kalau merasa itu sesuatu hal yang beliau rasa kelepasan, ya tentu kita bisa menerimanya. Tapi sebenarnya tidak ada yang salah untuk itu," imbuh Surya.
 Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengaku jengkel dengan politikus sontoloyo. ( CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Sebelumnya, Jokowi mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dengan politikus sontoloyo jelang tahun politik.
"Hati-hati, banyak politikus baik-baik, tapi banyak juga politikus sontoloyo. Lihat mana yang benar, mana yang tidak betul," kata dia, di Lapangan Ahmad Yani, Jakarta Selatan, Selasa (22/10).
Jokowi kemudian menjelaskan bahwa ujaran 'sontoloyo' itu terlontar lantaran merasa jengkel dengan kondisi politik Indonesia yang penuh adu domba, fitnah yang memecah belah demi meraih jabatan.
"Inilah kenapa kemarin saya kelepasan, saya sampaikan politikus sontoloyo, ya, itu. Jengkel saya," tutur mantan Wali Kota Solo ini.
Sekretaris Jenderal Partai demokrat Hinca Pandjaitan lantas menyebut Jokowi 'agak beda' lantaran berucap 'sontoloyo' dan politik kebohongan' dalam waktu berdekatan.
Surya tak sepakat dengan Hinca. Baginya, ungkapan 'sontoloyo' itu hanya didramatisisasi.
 Sekretaris Jenderal Demokrat Hinca Panjaitan, di Jakarta, beberapa waktu lalu. ( CNN Indonesia/Feri Agus Setyawan) |
"Enggak [berubah] juga, saya lihat. Kan begini, kan ketika ada penekanan, terkadang kita sendiri yang mendramatisir itu. Padahal tak ada sesuatu yang harus didramatisir," jelasnya.
Kendati demikian, Surya sepakat bahwa kedua kubu perlu menahan diri agar tensi politik tak makin memanas menjelang pilpres 2019.
(kst/arh)