Jakarta, CNN Indonesia -- Akhir Oktober dan awal November memang belum masuk kategori musim hujan sepenuhnya. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (
BMKG) menyebut saat ini baru masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan.
Meski masa peralihan, di awal-awal musim ini justru hujan kerap turun dengan lebat disertai dengan angin kencang dan petir. Hujan angin bercampur petir ini yang sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir.
"Sekarang kalau dibilang sudah memasuki musim hujan, belum. Baru mengarah dari musim kemarau ke hujan. Tapi justru awal ini kecenderungannya hujan lebat dalam jangka waktu tidak panjang. Sebelum hujan biasanya diawali hembusan angin kuat," kata Deputi Bidang Meteorologi Mulyono R. Prabowo, Kamis (25/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulyono mengimbau masyarakat tetap waspada dan berhati-hati atas dampak yang dapat ditimbulkan hujan tersebut: banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, angin kencang, pohon tumbang dan jalan licin.
"Khusus untuk Jakarta yang banyak tertutup beton, saat sudah masuk musim hujan, wilayah yang tak tertutup beton akan banyak mendapat limpahan air hujan, masyarakat yang tinggal di daerah yang biasa jadi lintasan air itu harus hati-hati seperti yang tinggal di bantaran sungai. Jangan lupa juga bersihkan," kata Mulyono.
Saat hujan deras melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya pada Minggu (28/10) malam, pohon tumbang yang terpantau harus ditangani khusus terjadi di kawasan Puri Indah, Kembangan, Jakarta Barat. Dikutip dari akun Twitter BPBD DKI, penanganan pohon tumbang itu dilakukan Dinas Kehutanan dengan mengerahkan satu mobil dan selesai pada pukul 00.30 WIB.
Beberapa hari sebelumnya, Sekretaris Dinas Kehutanan, Pertamanan dan Pemakaman DKI Uus Kuswanto menyatakan pohon-pohon besar jadi perhatian tersendiri saat musim hujan datang. Karena itu secara berkala pemotongan ranting pohon dilakukan.
"Di lima wilayah kota administrasi kami melakukan pemangkasan pohon pada jalur jalan demi memberikan rasa aman bagi pengguna jalan," kata Uus kepada
CNNIndonesia.com, Jumat (26/10).
Uus menjelaskan sebenarnya penopingan pohon sudah dilakukan secara berkala. Hanya saja dampak peralihan musim kemarau ke hujan memang berpotensi untuk mendatangkan angin dan hujan lebat yang berujung pada tumbangnya sejumlah pohon.
"Dari Januari 2018 kami sudah melakukan pemangkasan dan penopingan pohon sejumlah 51.718 pohon termasuk bulan September jelang musim hujan. Terakhir per bulan September berjumlah 6.294 pohon," katanya.
Sejauh ini tak ada data kawasan yang dinilai rawan pohon tumbang. Karena itu Pemprov DKI hanya bisa menambah petugas jaga untuk mengantisipasi jika ada pohon tumbang untuk membersihkannya agar tidak menimbulkan kemacetan.
![Hadapi Pancaroba, Jakarta Pangkas Ranting dan Tebangi [EMB-3]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2016/08/30/5f4174ea-8e9e-4dde-bbfd-b0865c57c616_169.jpg?w=620) Petugas harus sigap merapikan pohon atau dahannya yang potong akibat hujan deras disertai angin agar tak menghalau aktivitas warga di jalanan. (CNN Indonesia/Joko Panji Sasongko) |
Sementara itu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI bekerja sama dengan Kementerian Sosial telah menyiapkan 83 kampung bencana sebagai menjadi tempat berlindung darurat kala bencana besar terjadi seperti banjir.
"Ada 83 kampung siaga bencana untuk jadi tempat pengungsian mereka gelar dapur umum dilengkapi tenaga tagana [Tanggap Bencana] dikelola Dinsos [Dinas Sosial]," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsagaan BPBD DKI Jakarta Tri Indrawan.
Tagana adalah petugas yang terbagi dua tugas, yakni
rescuer alias penolong dan yang kedua ialah pengelolaan dapur umum. Belajar dari tahun sebelumnya, BPBD juga tengah menyiapkan kebutuhan logistik yang pernah dianggap kurang.
"Banyak kebutuhan tidak terduga, mohon maaf seperti celana dalam dan pembalut wanita. Sekarang sudah disiapkan, waktu awal Januari 2018 agak kesulitan," ujar Tri.
Tri menyatakan BPBD DKI bekerjasama dengan banyak pihak untuk menggalang penampungan sementara secara insidental jika dibutuhkan. Misalnya saja GOR Otista yang menjadi langganan sebagai tempat pengungsian. Nantinya, para pemimpin wilayah kota menyampaikan kebutuhan ke provinsi.
"Provinsi melalui Dinas Olahraga dan Kepemudaan menginformasikan bisa tidaknya GOR untuk penampungan sementara," ujarnya.
![Hadapi Pancaroba, Jakarta Pangkas Ranting dan Tebangi [EMB-3]](https://akcdn.detik.net.id/community/media/visual/2018/10/24/59b3643f-2e00-47dc-b8d4-352d7bb8bfd0_169.jpeg?w=620) Tampak luar GOR Otista di Jakarta Timur yang biasanya dijadikan tempat pengungsian kala Jakarta banjir. (CNN Indonesia/Ciputri Hutabarat) |
Pegawai GOR Otista, Jakarta Timur Samyono menyatakan biasanya tempat tersebut memang dijadikan tempat pengungsian jika dibutuhkan. Terakhir, katanya, pada tahun 2016 GOR itu dipakai untuk tempat pengungsian bagi warga Bidara Cina dan seputaran Jatinegara.
"Tahun 2016 itu lumayan menurun sekitar 50 orang. Kalau tahun 2014 itu baru besar banyak yang mengungsi," jelas Samyono kepada
CNNIndonesia.com.Pada prinsipnya, GOR selalu siap untuk menjadi tempat pengungsian setelah mendapat persetujuan para pejabat. Area GOR Otista sendiri terdiri dari tiga bangunan besar.
"Ada GOR, Auditorium dan ruangan untuk renang. Kapasitas bisa sampai ribuan untuk menampung orang," jelas dia.
Adapun fasilitas di GOR tersebut seperti toilet umum, tempat makan dan lahan parjkr. GOR berbentuk lapangan di dalam ruangan tertutup.
Pada hari biasa, GOR tersebut dipakai untuk warga berolahraga dan dipatok tarif tertentu. Namun pada bencana datang GOR ini disulap menjadi tempat penampungan.
"Tapi tentu kita tidak berharap ada bencana datang, kita hanya bersiap," kata Samyono.
(kid/sur)