Jakarta, CNN Indonesia -- Ilma berjalan pelan-pelan menuruni jembatan penyeberangan orang (
JPO) Gelora Bung Karno (GBK), Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, Jumat (2/11).
JPO GBK adalah satu dari tiga JPO di kawasan itu yang akan direvitalisasi Pemprov
DKI Jakarta. Dua JPO lain ada di seberang Bunderan Senayan dan JPO Polda Metro Jaya. Sebagai ganti sementara tiga JPO yang direvitalisasi itu, Pemprov DKI akan menyediakan penyeberangan berupa
zebra cross disertai
pelican crossing.
Ilma mendukung revitalisasi JPO di kawasan tersebut meskipun untuk sementara itu berarti ia dan juga para pedestrian seperti dirinya harus tak bisa menggunakan fasilitas penyeberangan itu sementara waktu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, menyeberang di JPO lebih aman bagi para pejalan kaki seperti dirinya. Di satu sisi, andai JPO-JPO itu mulai dibongkar, dirinya yang saban hari beraktivitas sebagai karyawan di kawasan Senayan itu mengaku agak kurang nyaman saat harus menyeberang jalanan yang dipenuhi kendaraan.
"Menyeberang di jalan nggak aman kayaknya. Soalnya sudah biasa ya orang-orang di sini tuh kencang kan. Naik motor, naik mobil. Karena biasa nggak ada yang
nyebrang kan," kata Ilma saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, Jumat (2/10).
Serupa Ilma, Natan yang bekerja di kawasan bisnis Sudirman (SCBD) pun menyatakan ketidaknyamanan serupa. Meskipun menyebrang langsung di jalan hanya dilakukan sementara tiga JPO tersebut direvitalisasi.
"Kita bingung ya di mana nggak ada pengaman. Kalau terpaksa turun ke jalan dengan pengamanan juga nggak biasa. Ganggu. Mempersempit jalan, terpaksa turun ke jalan," kata Natan.
Selain itu, Natan menilai itu akan berpengaruh pula terhadap arus lalu lintas di kawasan Sudirman yang memang selalu padat saban hari kerja. Apalagi, sambungnya, masih ada penyempitan jalan akibat proyek Moda Raya Terpadu (MRT).
"Dampaknya sampai ke transportasi umum ya kan. Nggak selamanya jalur Trans Jakarta eksklusif. Kadang juga campur. Akhirnya berdampak sama kehidupan kita di pagi hari," kata dia.
Sementara itu, Reza yang ditemui saat sedang menyeberang di JPO berharap proses revitalisasi itu nantinya tak akan memakan waktu lama. Meski merasa praktis saat menyebrang langsung di jalanan dengan zebra cross, dirinya menilai lewat JPO tetap lebih aman.
"Ya kalau praktis sih memang
zebra cross. Tapi kalai untuk keamanan memang JPO. Tapi menurut saya untuk revitalisasi kan buat ke depannya lebih bagus. Enggak apa-apa. Enggak ada masalah," kata Reza.
Pejalan kaki melintasi JPO di depan GBK, Senayan, Sudirman, Jakarta Selatan, 2 November 2018. (CNNIndonesia/Aini Putri) |
Viona yang bekerja di kawasan Senayan juga menyatakan setuju dengan revitalisasi JPO tersebut. Ia menyebutkan tidak semua orang bisa naik tangga jembatan penyebrangan yang tinggi tersebut. Dirinya menyambut positif rencana tersebut, apalagi jika bakal disertai lift untuk membantu para difabel.
Sebelumnya, Pemprov DKI Jakarta memulai pembangunan tiga JPO kekinian senilai Rp56 miliar. JPO ini sempat dicanangkan Sandiaga Uno saat masih menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta. Revitalisasi ini rencananya akan selesai pada 31 Desember 2018.
Plt Kepala Dinas Bina Marga Heru Suwondo menyebut tiga JPO tersebut mengusung konsep kekinian dengan fitur-fitur mewah.
"Tentunya ada keistimewaannya. Ada lift yang disiapkan untuk penyandang disabilitas, Bentuknya artistik, ikonis, dan ada tata pencahayaannya," ujar Heru saat dihubungi, Kamis (1/11).
Selama direvitalisasi, tiga JPO tersebut akan ditutup bagi para pejalan kaki. Halte bus Transjakarta di Bundaran Senayan dan Polda Metro Jaya juga akan dinonaktifkan.
Untuk pengalihan rute bus, Bina Marga menunggu keputusan Dinas Perhubungan dan Transjakarta. Sementara untuk pejalan kaki, akan diganti dengan jalur penyeberangan.
(ain/kid)