Istri Kenang Jiwa Sosial Penyelam Lion Air yang Gugur

CNN Indonesia
Sabtu, 03 Nov 2018 14:39 WIB
Menurut istri, Syachrul Anto sang penyelam relawan Lion Air JT-610 memang memiliki jiwa sosial tinggi dan kerap menjadi relawan dalam bencana.
Jenazah Syachrul Anto tiba di Surabaya Sabtu pagi. (CNN Indonesia/Farid)
Surabaya, CNN Indonesia -- Rasa duka menyelimuti keluarga Syachrul Anto (48), relawan penyelam yang gugur saat membantu tim SAR dalam proses pencarian penumpang Lion Air JT-610 di Perairan Karawang.

Sang istri Lyan Kurniawati (39), mengaku tak tahu pasti apa penyebab suaminya gugur saat menjalankan petugas. Ia mengatakan baru mendapat kabar meninggalnya Syachrul pukul 20.00 WIB Jumat malam (2/11), lantas Lyan pun langsung bertolak ke Jakarta.

"Kalau cerita detailnya Basarnas yang tahu, jam 20.00 WIB saya dikabari, kaget saya berangkatnya sehat, tiba-tiba dikabari itu, tadi malam saya ke Jakarta sudah meninggal, dan baru dibawa kesini tadi pagi," kata Lyan, ditemui di rumah duka, Sabtu (3/11).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jenazah Syachrul diterbangkan dari Jakarta pada 05.00 WIB, dan baru tiba pagi tadi di rumah dukanya bilangan Bendul Merisi Utara Surabaya.


Bagi Lyan, kabar gugurnya Syachrul saat menjalankan tugas sangat mengguncang. Ia mengatakan Syachrul sudah bertolak ke Jakarta untuk bergabung dengan tim evakuasi lain sejak Rabu (31/10) lalu, berangkat dari Bandara Internasional Adisutjipto Jogjakarta.

Keberangkatan Syachrul ke lokasi jatuhnya Lion Air JT 610 ini sempat membuat Lyan berat hati, saat itu mereka berdua sebenarnya sedang berada di Yogyakarta untuk sebuah urusan. Syachrul lalu mendadak mendapat panggilan.

Istri Kenang Jiwa Sosial Penyelam Lion Air yang GugurDuka menyelimuti keluarga penyelam relawan yang gugur saat dalam misinya melakukan pencarian korban dan puing pesawat Lion Air JT-610.(CNN Indonesia/Farid)

Syachrul, kata dia, bahkan tak membawa peralatan lengkap menyelam yang dimilikinya, sebab perlengkapan itu berada di rumahnya di Makassar.

"Berangkat dari Jogja enggak bawa peralatan lengkap, peralatan lengkapnya di Makassar, dia cuma bilang 'wes gapopo masio gowo linggis opo pacul yang penting aku bisa bantu', (sudah tidak apa-apa meski saya bawa linggis atau cangkul yang penting saya bisa bantu," kenang Lyan.

Soal dugaan penyebab kematian Syachrul yang disebut-sebut karena dekompresi, Lyan pun tak mau banyak berkomentar.

"Saya sempat dengar selentingan itu sih peralatannya kurang atau apa, tapi saya enggak mau nyalahkan Basarnas," kata dia.


Syachrul yang sehari-harinya berprofesi sebagai pengusaha ekspedisi di Makassar ini memang dikenal punya rasa sosial yang tinggi. Apalagi jika sebuah peristiwa besar terjadi, Syachrul ingin langsung membantu ke lokasi. Jika sudah begitu, sang istri pun tak bisa mencegah Syachrul.

"Bapak (Syachrul) punya jiwa sosial yang tinggi, meski dia bukan pemyelam profesional tapi dia sudah punya lisensi dan sering dipanggil Basarnas untuk membantu," kata Lyan.

Dunia selam sudah dijalani Syachrul selama sepuluh tahun terakhir. Meski bukan profesional, kata Lyan, suaminya itu tergabung dalam Komunitas Indonesia Diving Rescue Team (IDRT) dan telah mengantongi sertifikat menyelam dari CSMAS-Possi.

Syachrul kata dia, juga sudah kerap terlibat dalam misi kemanusiaan serupa. Pada tahun 2014 lalu, Syachrul juga ikut dalam misi penyelaman pencarian korban pesawat Air Asia QZ8501 yang jatuh di Selat Karimata.

Selain itu, Syachrul juga sempat menjadi relawan di wilayah Palu dan Donggala Sulawesi Tengah, usai bencana gempa disertai tsunami melanda wilayah itu beberapa waktu lalu.

Kepergian Syachrul menyisakan duka yang mendalam bagi keluarganya. Ia meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Jasad Syachrul disemayamkan di Tempat Pemakaman Umum Bendul Merisi Surabaya. (frd/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER