Malam Terakhir Syachrul Anto Selamatkan Korban Lion Air

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Sabtu, 03 Nov 2018 16:12 WIB
Keluarga korban yang menanti dengan penuh harap, menjadi kekuatan tersendiri buat Syachrul Anton untuk mengangkat jenazah Lion Air JT-610 dari dasar lautan.
Syachrul Anto (posisi tengah berkacamata hitam), salah satu penyelam relawan pesawat Lion Air JT-610 yang meninggal dunia dalam bertugas. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)
"Cuacanya lagi enggak enak nih. Kemarin padahal lautnya tenang-tenang aja, sekarang parah ombaknya," kata salah seorang anggota Basarnas di KN Basudewa yang berada di perairan Tanjung Karang, Jumat (2/11).

Hari itu saya menumpang kapal SAR KN. Basudewa untuk melihat proses evakuasi korban dan badan pesawat Lion Air JT-610, bersama relawan penyelam, penyelam dari brimob, dan Basarnas Special Group. 

Kapal kami bertolak dari JICT 2, Tanjung Priuk sekitar pukul 08.50 pagi menuju perairan Tanjung Karawang. Puluhan penyelam diterjunkan hari itu untuk proses evakuasi. Proses penyelaman berlangsung selama berjam-jam dan secara bergantian. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sambil terombang-ambing di atas kapal saya menunggu hasil temuan para penyelam yang memang diantarkan ke kapal kami. Dua kantong jenazah pertama hari itu tiba di KN Basudewa sekitar pukul 12.30 WIB. 

Menjelang sore, angin semakin kencang, begitu pula dengan ombak di sekitar kapal. Beberapa anggota SAR berulang kali menanyakan keadaan saya. 

"Mbak enggak mabok?" ujarnya. 

"Sudah biasa, Pak. Hari ini cuacanya jelek ya, Pak?" kata saya menimpali.

"Iya. Padahal kemarin permukaan lautnya kayak kaca."

Proses pencarian yang awalnya tenang dan lancar, seketika berubah seolah mengikuti irama angin dan ombak.

Kepanikan terjadi di tengah laut. Saya yang ketinggalan melihat kejadian itu berusaha mencari informasi dari rekan media lainnya. Mereka bilang ada yang mengalami insiden di laut, tapi tidak tahu siapa dan apa penyebabnya. 

"Itu tolong cepat. BSG (Basarnas Special Group) tolong bantu, tolong ada yang ke sana," teriak salah satu anggota SAR dari kapal yang kami tumpangi sambil menunjuk ke arah kepanikan itu terjadi. 
Tim penyelam relawan Lion Air JT-610 memperiapkan perlatan. (CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati)

Saya tidak bisa mengira seberapa jauhnya lokasi kejadian. Lensa kamera 24-70 yang saya pakai jelas tak mampu menjangkaunya dengan jelas. Namun, kepanikan itu masih bisa terlihat. Beberapa kapal rib terlihat mendekat. Ada juga kapal pasukan katak.

Suasana di KN Basudewa berubah tegang. Instruksi ini dan itu diteriakkan komandan regu. Wartawan diminta tidak merekam kejadian. 

"Close camera, close camera." 

karena kapal yang mengangkut korban sepertinya menuju kapal kami dan singgah sebentar. Kami tidak diberi tahu apa yang terjadi dan diminta menunggu kabar berikutnya saja. 

Saya pun mulai panik, sambil berusaha mencari tahu siapa yang mengalami insiden buruk itu dan apa penyebabnya, bagaimana kondisinya. Namun, tak ada seorang pun yang bisa menjawab. Saya hanya menunggu. 

Kejadian itu lantas mengubah raut wajah beberapa anggota tim SAR. Wajah mereka sedikit tegang dan lesu. Entah karena evakuasi hari itu benar-benar menguras tenaga atau insiden yang baru saja terjadi. Saya tak tahu pasti. 

Sore yang penuh ketegangan itu akhirnya berubah menjadi malam. Ombak dan angin pun semakin kencang. Satu per satu kapal rib yang melakukan operasi kembali ke kapal-kapal besar. Rupanya kapten kapal memutuskan kembali ke dermaga di Tanjung Priuk. Padahal sebelumnya sempat beredar kabar kapal akan bermalam. 

Sesampainya di Tanjung Priuk saya bertemu Bayu dan menanyakan insiden yang baru saja terjadi di tengah laut. 

"Itu Syachrul," kata Bayu usai menghela napas panjang setelah saya bertanya. 

"Dia kecelakaan, saya belum tahu kondisinya sekarang. Kita tunggu kabarnya nanti." 

Saya tak menyangka Syachrul, yang berangkat ke Jakarta untuk membantu korban dengan naluri menolong yang sudah mendarah daging di jiwanya, harus mengalami musibah ini saat melakukan aktivitas yang digemarinya.

Saya dan Bayu lantas kembali ke posko relawan IOF dan tempat kali pertama saya bertemu Syachrul dua malam sebelumnya. 

Tidak ada lagi kehangatan setibanya di posko para penyelam itu. Situasinya masih tegang. Dingin. 

Sampai akhirnya, salah satu relawan bernama Ronny, yang juga saya kenal, memanggil saya. Saat itu dia sedang mengobrol bersama Bayu. 

"Kamu sudah tahu kabarnya? Terima kasih buat tulisan kamu sebelumnya tentang Syachrul. Itu sangat bagus dan akan saya sampaikan ke keluarganya karena sekarang dia sudah enggak ada." 

Sama seperti dua malam sebelumnya, beberapa orang dengan wajah baru yang saya lihat satu per satu datang. Namun, pelukan mereka tidak sehangat saat Syachrul masih ada. Kini pelukan mereka penuh duka dan air mata. 

Selamat jalan, Mas Syachrul.
(dal/stu)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER