Jakarta, CNN Indonesia -- Tim Disaster Victim Identificafion (
DVI) Polri sudah mengambil 255 sampel fisik khusus korban sebelum meninggal atau antemortem dari keluarga korban jatuhnya pesawat
Lion Air JT610.
Wakil Kepala Rumah Sakit Polri Said Sukanto Kombes Polisi Haryanto menyebutkan dari 255 antemortem dari keluarga yang didapat dari Pangkal Pinang sebanyak 43 data dan dari RS Polri sebanyak 212 data. Data antemortem itu telah dikerucutkan menjadi 189 antemortem, di mana 183 di antaranya merupakan sampel DNA.
"Dari 189 antemortem yang diambil DNA ada 183 jadi, sepertinya sudah semua diambil. Ada selisih karena ada penumpang satu keluarga jadi antemortem hanya satu. Jadi, sudah komplet sebenarnya," kata Haryanto di RS Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (4/11) dikutip
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hari ini, RS Polri sedang mengidentifikasi 32 kantong jenazah yang baru datang pada Sabtu (3/11) malam.
Hingga hari ke tujuh jatuhnya pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610, sebanyak 105 kantong jenazah telah diterima RS Polri untuk dilakukan identifikasi.
Haryanto mengatakan bahwa Tim DVI mengandalkan pencocokan DNA untuk mengidentifikasi korban pesawat Lion Air JT 610 karena tidak ditemukan sidik jari, gigi, dan tanda medis.
Sementara itu, identifikasi melalui pencocokan DNA, membutuhkan waktu antara 4 hingga 8 hari sejak masuk ke bagian forensik RS Polri.
Sampai hari ini sudah tujuh jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air JT610 yang teridentifikasi. Mereka adalah Jannatun Cintya Dewi (24), Candra Kirana (29), Monni (41), Hizkia Jorry Saroinsong (23), Endang Sri Bagusnita (20), Wahyu Susilo (31), dan Fauzan Azima (25).
(osc/osc)