Jakarta, CNN Indonesia --
Komite Keselamatan Nasional Transportasi (KNKT) menyatakan akan terus berupaya menemukan
Cockpit Voice Recorder (CVR) salah satu bagian dari kotak hitam (
black box) pesawat
Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT-610 yang terjatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Kotak hitam terdiri dari dua bagian yakni CVR dan
Flight Data Recorder (FDR). Tim Basarnas baru menemukan satu bagian, yakni FDR.
FDR berisi tentang data kecepatan pesawat, ketinggian pesawat, putaran temperatur, posisi kendali penerbangan (
flight control), kemudi pesawat di kokpit dan bidang-bidang kemudi di pesawat. Sedangkan VCR berisi percakapan suara di dalam cockpit serta percakapan dengan awak kabin
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan tim Basarnas bersama KNKT tak akan berhenti untuk mencari CVR meski pihaknya sempat mengalami kendala dan kesulitan dalam mencari bagian kotak hitam itu.
"Saya enggak mau kalau CVR enggak ditemukan. Saya masih berusaha, kesulitan itu saya enggak anggap (hambatan) itu, itu tantangan," kata Soerjanto di Hotel Ibis, Cawang, Jakarta Timur, Senin (5/11).
Kata Soerjanto sinyal dari CVR itu sendiri kini sudah tak lagi terdengar melalui alat
pink locator. Jika nanti Basarnas memutuskan untuk menghentikan pencarian CVR, KNKT akan tetap mencari salah satu bagian penting perekam aktivitas penerbangan itu.
Sebab, kata dia, CVR merupakan temuan terpenting bagi KNKT guna menginvestigasi penyebab kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan JT 610 yang jatuh pada Senin 29 Oktober 2018.
"Sekarang pun kita sudah tak mendengar sinyalnya jadi dengan metode apapun kita akan cari CVR itu. Nanti meski Basarnas berhenti kami akan cari CVR karena paling penting adalah itu (CVR)," tegasnya.
terkait FDR, soerjanto mengatakan KNKT telah mengunduh sejumlah data. kata dia, FDR itu berisi data 69 jam penerbangan dengan 19 penerbangan.
Sementara itu, Kepala Basarnas Marsekal Madya Muhammad Syaugi membenarkan saat ini sinyal dari CVR sudah melemah. Basarnas memperkirakan benda tersebut terpendam di dalam lumpur sehingga sulit untuk mencarinya.
"Kemarin itu ping-ping berbunyi tetapi sudah lemah, kita selami ke daerah yang diperkirakan adanya ping tersebut tetapi ternyata di situ lumpur atau pasirnya cukup dalam sehingga ini perlu dicari terus sampai ketemu," kata Syaugi.
(tst/ugo)