Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menemukan kerusakan
airspeed indicator atau penunjuk kecepatan pada pesawat Lion Air PK-LQP. Namun demikian KNKT tak mau terburu-buru menyimpulkan kerusakan itu menjadi penyebab Lion Air JT610 jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10) lalu.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyebut,
airspeed indicator hanya satu dari sekian banyak komponen pada pesawat yang harus diperiksa oleh KNKT terkait kecelakaan Lion Air JT610 ini.
"Jadi tidak secepat menarik kesimpulan itu, jauh sekali.
Step-step harus kita laksanakan dalam investigasi, termasuk kalau ada keanehan sedikit saja kita akan menggalinya," kata Soerjanto di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa (6/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
KNKT menemukan kerusakan
airspeed indicator Lion Air PK-LQP itu usai mengunduh rekaman data penerbangan atau
Fligh Data Recorder (FDR). Kerusakan ditemukan dalam empat penerbangan terakhir, termasuk penerbangan dengan nomor JT43 Denpasar-Jakarta, Minggu (28/10) malam dan JT610 Jakarta-Pangkalpinang, Senin (29/10) pagi.
Soerjanto mengatakan, kerusakan dimaksud yakni terdapat perbedaan indikator kecepatan pesawat saat terbang antara
airspeed indicator milik pilot dan ko-pilot. Data kecepatan pesawat pada kedua
airspeed indicator itu tak sama.
"Terjadi
unrielable dari
airspeed-nya. Jadi
airspeed-nya terjadi perbedaan antara kiri dan kanan. Kan di pesawat itu ada
captain side sama
co-pilot side," ujar dia.
Soerjanto mengatakan KNKT bakal berkoordinasi dengan pihak pabrik pesawat itu, The Boeing Company. Termasuk bakal menginterogasi teknisi dan pilot Lion Air yang menerbangkan pesawat jenis Boeing 737 MAX 8 itu sebelumnnya.
Sejauh ini, KNKT telah menginterogasi sebagian kru dan teknisi Lion Air pada Sabtu (3/11) kemarin.
"Makanya kita lagi bicara ke pabriknya, dengan teknisinya, dengan pilot yang menerbangkan sebelumnya untuk menggali data untuk mencari tahu kenapa penyebabnya," ujar Soerjanto.
Lebih jauh KNKT juga akan turut mengecek data-data penerbangan sebelumnya yang dilaporkan pilot terdahulu. Umumnya pilot akan menuliskan laporannya jika terdapat keluhan dalam menerbangkan pesawat.
Pilot selanjutnya pun tak akan mau menerbangkan pesawat jika keluhan yang dilaporkan pilot sebelumnya tak dijawab dan ditindaklanjuti pihak teknisi.
"Kalau ada keluhan ditulis dari pilot (sebelumnya). Kalau nggak dijawab apapun dan tidak melakukan apapun pasti pilotnya nggak akan mau terbang. Jadi apa tindakannnya tepat, sedang kita teliti," ujar Soerjanto.
Seperti diketahui, pesawat Lion Air PK-LQP dengan nomor penerbangan JT610 dilaporkan hilang kontak pada pukul 06.33 WIB atau sekitar 13 menit usai lepas landas dari Bandara Soetta, Jakarta, Senin (29/10). Pesawat itu tak pernah sampai di Bandara Depati Amir, Pangkalpinang, Bangka Belitung usai dipastikan jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Saat kecelakaan, pesawat tipe Boeing 737 MAX 8 itu mengangkut 189 orang, terdiri atas 178 penumpang dewasa, satu anak, dan dua bayi, serta delapan awak kabin.
(sah/osc)