Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam)
Wiranto menggelar dialog kebangsaan bertajuk 'Dengan Semangat Ukhuwah Islamiyah, Kita Jaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa' di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (9/11) pagi.
Wiranto mengatakan dialog ini bertujuan untuk meminimalisir potensi gangguan keamanan negara usai peristiwa pembakaran
bendera berkaksara Arab di Garut, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
"[Pembakaran bendera] terjadi satu kecamatan, tapi kok berkembangnya sampai ke negara, ke Indonesia yang begitu luas. Tiga orang bisa sebabkan 120 juta orang bisa kena akibatnya, ini tak adil," kata Wiranto.
Mantan Panglima ABRI itu turut mengatakan bahwa aksi '
Bela Tauhid' yang digelar beberapa waktu lalu telah 'ditunggangi' oleh pihak-pihak yang memilki kepentingan politik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga ingatkan terkait teman-teman yang demonstrasi, hati-hati demo yang punya niat baik untuk membangun pemahaman yang positif terkadang ditunggangi pihak lain untuk kepentingan politik," kata dia
Salah satunya, kata Wiranto, aksi itu telah ditunggangi oleh para anggota eks HTI yang berusaha ingin tetap eksis di Tanah Air.
Diketahui, status badan hukum HTI sudah dicabut lewat keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor AHU 30.AH.01.08 Tahun 2017 tanggal 19 Juli 2017.
Menurut dia, aksi-aksi itu itu lantas berubah menjadi besar dan memiliki indikasi mengacaukan stabilitas keamanan nasional.
"Terus terang, banyak yang kemudian nunggangin. Tadi saya tayangkan untuk demo yang 2 kali itu ternyata dimanfaatkan temen-temen HTI untuk tetap eksis sebagai organisasi," kata dia.
Melihat hal itu, Wiranto mengajak seluruh ormas Islam untuk berdialog dan menyelesaikan persoalan itu dengan semangat persaudaraan.
Hal itu bertujuan agar Indonesia tak bernasib sama seperti negara-negara di Timur Tengah yang porak poranda karena tak memiliki semangat kebersamaan dalam menjaga stabilitas keamanan negaranya.
 Menko Polhukam Wiranto. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
"Nah ini ada indikasinya mau enggak stabil. Ada eskalasinya, harus kita cegah," kata dia.
"Saya kira, bapak-bapak lebih paham soal itu, makanya saya enggak berani masuk ke wilayah [pembahasan bendera] itu, saya hanya mengajak, mari kita coba selesaikan dengan cara ukhwah," ujarnya.
Dalam pertemuan itu, Wiranto turut mengundang berbagai pimpinan lembaga negara dan pimpinan ormas Islam yang ada di Indonesia
Berdasarkan pantauan
CNNIndonesia.com, beberapa pejabat negara turut hadir. Tampak Menteri Agama Lukman Hakim Syarifuddin, Sekretaris Kemenko Polhukam Mayjen Agus Surya Bakti dan Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Soedarmo serta beberapa pimpinan atau perwakilan lembaga terkait.
Selain itu, Kemenko Polhukam turut mengundang sebanyak 38 ormas Islam dan sejumlah tokoh Islam.
Di antaranya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI), Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), PP Muhammadiyah, Persis, Front Pembela Islam, GNPF Ulama dan Persaudaraan Alumni 212.
Adapun utusan ormas Islam yang hadir di antaranya Sekjen PBNU Helmy Faisal Zaini, Ketua PA212 Slamet Maarif, ulama Yusuf Mansyur, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) Al Khathath, Ketua Front Santri Indonesia Hanif Alatas, Pengurus GNPF-MUI Roudh Bahar, Ketua Front Santri Indonesia Hanif Alatas dan Ketua Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) Rahmat Himran.
(rzr/dea)