Jakarta, CNN Indonesia -- Eko Ristanto (35)
penyerang pos polisi di kawasan Wisata Bahari Lamongan (WBL), Lamongan, Jawa Timur sempat menemui salah seorang narapidana kasus
terorisme yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Madiun, Jawa Timur bernama Wiliam Maksum.
Informasi itu diperoleh
CNNIndonesia.com dan telah dikonfirmasi oleh seorang perwira tinggi Polri, Kamis (22/11).
"Ya, benar," kata sumber yang enggan disebutkan namanya tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan itu berlangsung pada Rabu (7/11). Eko didampingi oleh rekannya Muhammad Saif Ali Hamdhi, remaja berusia 17 tahun yang belakangan diketahui ikut menemani Eko menyerang pos polisi di kawasan WBL.
Eko adalah mantan anggota Polri dengan pangkat terakhir brigadir satu (briptu). Masa dinasnya di Polri berakhir setelah ia terbukti melakukan tindak pidana atas kasus penembakan seorang ustaz bernama Riyadhus Sholihin hingga tewas pada 28 Oktober 2011.
Hubungan dengan Wiliam pun mulai dijalin Eko setelah mendekam di Lapas Kelas 1 Madiun. Bahkan, Wiliam merupakan sosok yang ikut mengantar hingga gerbang keluar Lapas Kelas 1 Madiun saat Eko dinyatakan bebas.
Selain bertemu Wiliam, Eko juga disebut aktif mengunjungi narapidana kasus terorisme lain di Lapas Kelas 1 Madiun yakni Budi Supriyantoro dan Agung Fauzi. Eko pun disebut pernah mengunjungi narapidana kasus terorisme di Lapas Kelas 2B Probolinggo.
Saat ini, Eko diduga mempunyai peran penting dalam menghubungkan narapidana kasus terorisme kelompok Daulah di Jawa Timur. Ia pun mulai membangun hubungan dengan jaringan terorisme yang ada di Malang, Lamongan, hingga Solo.
Eko disebut mulai mendapat kepercayaan dari jaringan teroris yang berada di lapas karena mempunyai latar belakang anggota polisi yang sakit hati dengan institusi Polri.
Sebelumnya, Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo mengatakan salah satu motif Eko menyerang pos polisi di kawasan WBL diduga karena sakit hati setelah menjalani hukuman dan dipecat dari institusi Polri.
Selain itu, lanjutnya, Eko juga diduga telah terpengaruh radikalisme. Dedi berkata, dugaan itu muncul usai pihaknya menemukan buku terkait radikalisme saat menggeledah kediaman Eko.
"Jadi ada dua sisi (motif)," kata Dedi di Markas Besar Polri, Jakarta Selatan pada Rabu (21/11).
(mts/pmg)