Jakarta, CNN Indonesia -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Haedar Nashir mengatakan organisasinya akan tetap mengambil jarak dari politik praktis dengan tidak bersikap pada
Pilpres 2019.
Hal ini dikatakannya menanggapi pernyataan eks Ketua Umum PP Muhammadiyah Amien Rais yang mengaku akan menjewernya karena memberikan kebebasan kepada warganya dalam memilih di Pilpres 2019.
"Jawaban saya sama, tidak ada yang berubah dari Muhammadiyah dan tidak akan pernah berubah, Muhammadiyah berdiri di atas kepribadian dan khittahnya," kata Haedar, usai menghadiri pembukaan Muktamar ke-XVII Pemuda Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), DI Yogyakarta, Senin (26/11) malam, dikutip dari
Antara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, Muhammadiyah tetap mengambil jarak dengan politik meski ada kader yang mendukung pada pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2019.
"Itu [sikap Muhammadiyah terhadap politik] sudah (sesuai) hasil dari proses sejarah yang panjang dari Muhammadiyah," katanya.
"Muhammadiyah berdiri di atas kepribadian dan
khittah-nya untuk tetap mengambil jarak dari pergumulan politik praktis," ia menambahkan.
 Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais di acara Halal Bihalal Keluarga Besar Universitas Bung Karno, Jakarta (29/6). ( CNN Indonesia/Hesti Rika) |
Haedar pun kembali menegaskan tidak ada yang berubah dari sikap organisasinya terhadap politik, meskipun dinamika politik di Indonesia terus berubah. Pasalnya, itu sudah sesuai kepribadian Muhammadiyah sejak didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada 1912.
"Tidak ada yang baru dari Muhammadiyah, setiap periode sejak Kiai Dahlan sampai kapanpun bahwa Muhammdiyah berdiri di atas kepribadian dan khitahnya. Jadi itu sudah prinsip Muhammadiyah dan tidak ada yang berubah," katanya.
Dalam pidato sambutannya di ajang Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke XVII, di DI Yogyakarta, Senin (26/11), Haedar juga meminta kader Muhammadiyah mengedepankan akhlak, tak hanya soal keislaman, keminanan, dan ilmu.
"Di tengah suasana, dinamika politik, kita kadang menangkap suasana ada keretakan karena perbedaan politik. Mungkin karena politik cenderung mengeras, juga ada kecemasan tentang luruhnya keteladanan," katanya.
Haedar juga menyitir 10 sifat kepribadian Muhammadiyah. Salah satunya adalah poin kesembilan. "Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil makmur yang diridai Allah SWT," kata Haedar.
Sebelumnya, Amien, yang juga menjabat Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN), tak sepakat dengan keputusan Haedar yang memberi kebebasan bagi warga Muhammadiyah dalam menentukan pilihan di Pilpres 2019.
"Akan saya jewer keras nanti," kata Amien, Selasa (20/11), saat menghadiri Milad ke-106 Muhammadiyah di Islamic Center Surabaya, Jawa Timur.
"Ini tahun politik, jangan sampai Haedar Nasir mengatakan untuk Pilpres Muhammdiyah terserah masing-masing, menurut saya itu bukan fatwa, itu penyelewengan," kata dia.
(arh/sur)