Gonjang-ganjing KRL Kelas Premium

Desy Afrianti | CNN Indonesia
Senin, 24 Des 2018 13:50 WIB
Dengan menyematkan kata premium, artinya kereta ini memiliki tingkat kenyamanan baik. Atau paling tidak lebih manusiawi.
Kereta commuter line. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mewacanakan mengoperasikan rangkaian kereta premium di Jabodetabek.

Dengan menyematkan kata premium, artinya kereta ini memiliki tingkat kenyamanan baik. Atau paling tidak lebih manusiawi dibanding kereta rel listrik (KRL) reguler yang sudah ada.


Begitulah kira-kira yang diharapkan PT KCI dalam mengusung konsep ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Memberikan varian pada pilhan layanan," kata Vice President Communication PT KCI Eva Chairunisa saat berbincang dengan CNNIndonesia.com akhir pekan kemarin.

Nantinya, penumpang kelas ini dibatasi agar tidak terjadi kepadatan di dalam gerbong. Rangkaian dimungkinkan hanya berhenti di stasiun tertentu, sehingga perjalanan bisa lebih cepat layaknya kereta ekspres.

Juga tambahan koneksi internet gratis di kabin. Namun, pastinya kereta kelas ini mematok tarif lebih mahal. Penambahan kelas baru KRL ini ditanggapi oleh kaum komuter.
KRL Kelas Premium, antara Solusi dan Langkah MundurKepadatan penumpang di Stasiun Duri. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Ada yang menganggap sebagai solusi karena sudah bosan tergencet di dalam kereta. Ayu salah satunya. Penglaju asal Depok merasa senang dengan rencana kelas premium untuk KRL.

Dia rela mengeluarkan ongkos lebih banyak asalkan bisa duduk di kereta dengan tenang saat berangkat dan pulang kerja.

"Tahu sendiri kan kereta kalau di jam sibuk seperti apa. Desak-desakan, empet-empetan mirip ikan pepes," kata akuntan perusahaan minyak di bilangan Kuningan ini.

Ayu menilai konsep seperti ini juga sangat membantu penumpang berkebutuhan khusus seperti ibu hamil.

Meski sudah disediakan kursi prioritas, nasib wanita hamil, lansia, ibu membawa balita serta kaum disabilitas seringkali terabaikan di moda transportasi ini.

"Mereka jadi punya pilihan untuk tidak nekat masuk di gerbong penuh sesak dan terdorong di sana-sini."   

Pendapat berbeda disampaikan Suprapto. Warga Citayam itu melihat kurang pas saja jika ada yang mendapat prioritas dalam operasional angkutan massal jenis ini.

Pada praktiknya, dia khawatir sering terjadi penyusulan karena KRL premium tidak berhenti di semua stasiun.

"Buntutnya yang reguler bakal ditahan juga ya, mengalah. Yang prioritas yang bayar mahal yang duluan," kata karyawan di kawasan Mangga Besar, Kota ini.

Suprapto memastikan tidak akan beralih ke kereta premiun jika nantinya beroperasi. Dia memilih tetap naik commuter line biasa dengan tarif Rp3.000 per 25 Km.

Langkah Mundur

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menganggap rencana PT KCI ini sebagai langkah mundur.

Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi meyakini sejatinya di kereta komuter tidak ada kategori kelas, premium maupun ekspres. "Yang sekarang ini sudah benar, kok mau diruntuhkan lagi. Aneh bin ajaib," ucap tulus.

Dia khawatir kehadiran kelas premium hanya akan meminggirkan KRL reguler yang berpotensi melanggar hak-hak pengguna. Seharusnya, kata dia, PT KCI fokus pada pembenahan pelayanan secara keseluruhan, seperti memperbaiki infrastruktur dan atau menambah rangkaian.

"Dengan demikian headway KRL akan lebih singkat, cabin service lebih bagus, dan waktu tempuh yang lebih presisi."

Konflik Sosial Penumpang KRL

Peneliti Institut Studi Transportasi (Instran) Deddy Herlambang mengatakan ada pekerjaan rumah yang harus dituntaskan PT KCI sebelum meluncurkan kereta kelas premium.

Dia mewanti-wanti operasional KRL premium tidak menimbulkan konflik sosial.

Deddy menyarankan PT KCI tak mengubah grafik perjalanan kereta api (Gapeka) yang sudah ada. Sebab, perubahan jadwal kereta hanya akan mengganggu kebiasaan penumpang yang selama ini sudan terbentuk.
Misal, seorang penumpang terbiasa berangkat kerja pakai kereta jam 7 pagi setiap hari. "Nah kalau diubah lagi, bisa ribut nanti," ujarnya. Dia mengusulkan jadwal kereta premium diselipkan pada slot yang sudah ada.

Catatan selanjutnya adalah dipastikan tidak ada susul menyusul antara kereta premium dan reguler. "Kalau kereta biasa disusul pasti masalah. Apalagi keretanya lagi rusak terus disusul, masalah sosial," kata Deddy.
KRL Kelas Premium, antara Solusi dan Langkah MundurKereta di Stasiun Manggarai. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Yang tidak kalah penting, kata Dedddy, jangan sampai keberadaan kereta premium justru mengurangi kuota KRL reguler.

Dia melihat kemungkinan itu bisa saja terjadi jika nantinya peminat commuter line premium sangat tinggi.

Kalau itu sampai terjadi, maka penumpang yang biasa turun di tengah akan kerepotan mengingat kereta tak berhenti di semua stasiun. "Karena pilihan mereka jadi sedikit," ucapnya.

Karena itu, Deddy mengingatkan lagi komitmen PT KCI untuk menyediakan kereta bersubsidi dengan tarif terjangkau.

Terlepas gonjang-ganjing itu, PT KCI pun akhirnya membatalkan rencana pelayanan rangkaian kereta premium tersebut dengan alasan mendengarkan masukan pelbagai pihak.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER