Deli Serdang, CNN Indonesia -- Presiden
Joko Widodo mengatakan Indonesia memiliki banyak keberagaman dan perbedaan, tetapi hal itu bukan sumber perpecahan. Pasalnya, aset terbesar bangsa ini adalah kerukunan, persatuan dan persaudaraan.
Kepala Negara berharap umat Kristiani Indonesia tetap menjadi garam dan terang dunia. Dengan kata lain, ia berharap umat Kristiani bisa terus berkontribusi positif dalam membangun Indonesia. Ia yakin, umat Kristiani bisa konsisten menjadi garam dan terang dunia asal bisa mengambil hikmah dari menjadi bagian dari bangsa Indonesia.
Jokowi mengutarakan hal itu saat Perayaan Natal Nasional yang diselenggarakan di Gedung Serbaguna T. Rizal Noordin di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut dia, Indonesia adalah negara yang penuh keberagaman dan perbedaan. Namun, ia meminta agar perbedaan jangan menjadi sumber perpecahan. Sejatinya, keberagamaan harus diisi dengan rasa persaudaraan, cinta kasih, dan persatuan yang tinggi.
"Persatuan kita sangat kuat, kita harus meyakini itu. Kita harus merasa kita smua adalah saudara sebangsa setanah air. Oleh sebab itu, sebagai anugerah Tuhan, keragaman dan persatuan harus terus kita jaga, rawat, dan terus kita syukuri," jelas Jokowi di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (29/12).
Bahkan menurutnya, pengamalan tersebut juga sesuai dengan peribahasa Tanah Batak, yakni disi sirungguk, disi sitata yang berarti di mana kita duduk, di situ selalu ada Tuhan. Dengan kata lain, Jokowi ingin umat Kristiani bisa selalu mensyukuri anugerah Tuhan.
Oleh karenanya, ia meminta umat Kristiani tetap membantu kaum yang miskin, kecil, lemah, dan yang membutuhkan. Serta, dengan menjadi manusia yang unggul, berakhlak mulia, dan mampu menciptakan generasi muda yang bisa menghadapi tantangan Indonesia di masa depan.
"Kepada seluruh umat Kristiani yang saya cintai, saya ajak bapak, ibu, saudara sekalian untuk selalu menjadi garam dan terang dunia," papar dia.
Sekadar informasi, perayaan Natal Nasional kali ini dihadiri 20 ribu jemaat yang mewakili seluruh denominasi gereja di seluruh Indonesia. Di dalam acara itu, Jokowi ditemani oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Loaly, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Dedikasi untuk Korban Bencana Gempa dan TsunamiPerayaan Natal Nasional 2018 diselenggarakan di Gedung Serbaguna T. Rizal Noordin di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Adapun, perayaan Natal kali ini dihadiri oleh lebih dari 25 ribu jemaat dari lintas denominasi gereja.
Namun, ada nuansa berbeda untuk perayaan Natal kali ini. Ketua Panitia Perayaan Natal Nasional Yasonna Laoly mengatakan kali ini perayaan Natal didedikasikan bagi korban-korban bencana alam yang belakangan terus melanda Indonesia seperti gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat, gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala Sulawesi Tengah, serta tsunami di Banten dan Lampung.
Bahkan, ketika mengawali sambutannya, Yasonna meminta jemaat yang hadir untuk berdoa sejenak bagi korban-korban bencana alam tersebut. "Agar keluarga yang ditinggalkan diberi kekuatan, ketabahan, dan kembali pulih dalam kehidupan lebih baik," jelas Yasonna di Kabupaten Deli Serdang, Sabtu (29/12).
Tak hanya doa, jemaat Perayaan Natal Nasional tahun ini juga diselingi beberapa kegiatan demi membantu korban-korban bencana. Sebagai contoh, panitia Perayaan Natal Nasional telah melakukan kegiatan bakti sosial bagi korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala yang dipimpin oleh Devi Simatupang, istri dari Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan.
Adapun, bantuan yang diberikan berupa dana untuk membangun masjid dan gereja, serta membeli pakaian, makanan, obat-obatan, Al-Quran, serta alkitab. Tak hanya Palu dan Donggala, panitia Perayaan Natal Nasional juga akan melanjutkan aksi sosial bagi daerah-daerah bencana lainnya.
"Dana yang dikumpulkan dalam kebaktian Natal di perayaan hari ini akan diserahkan ke korban bencana alam di Banten dan Lampung," jelas dia.
Ia berharap, Indonesia mampu bertahan di tengah masa-masa sulit. Yasonna mengibaratkan kisah Nabi Nuh yang diminta membangun banhtera oleh Tuhan agar agar umat manusia dan makhluk hidup lainnya tak binasa dari musibah banjir bandang.
"Di tengah badai, bahtera tetap melaju dalam lautan bebas dan ganas. Nabi Nuh menang dalam lindungan Tuhan yang maha kuasa. Demikian kapal itu diibaratkan sebagai kapal Indonesia dengan perlindungan tuhan yang maha esa," pungkasnya.
(fnr/glh)