Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu pertanyaan soal
Basuki Tjahaja Purnama alias
Ahok setelah bebas nanti adalah, kepada siapa dukungan diberikannya di
Pemilihan Presiden 2019. Sejumlah pihak memperkirakan dukungan bakal diberikan pada Joko Widodo.
Banyak alasan terkait prediksi ini. Kedekatan Ahok dengan Jokowi dan dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan selaku pengusung jadi alasan utama. Namun keberadaan Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden dinilai jadi hambatan.
Pasalnya, Ma'ruf pernah jadi saksi yang memberatkan Ahok saat sidang kasus penodaan agama. Saat itu Ahok bahkan melontarkan tudingan bahwa Ma'ruf berbohong meski kemudian ia meminta maaf.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk mendukung kubu lain, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, dinilai kecil kemungkinannya. Ahok memang pernah jadi kader Gerindra, partai besutan Prabowo. Gerindra juga yang mengusung Jokowi dan Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012.
Namun belakangan, Ahok keluar dari Gerindra karena beda sikap soal wacana pilkada dikembalikan ke DPRD. Sejak saat itu, hubungan Ahok dan Gerindra merenggang.
Sedangkan dengan Sandi, Ahok juga dibilang tidak begitu dekat. Sandiaga, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta, bersama Anies Baswedan, mengalahkan Ahok-Djarot di Pilkada DKI Jakarta 2017.
A  Ahok saat menjadi Gubernur DKI Jakarta. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Sosok Ahok memang diperhitungkan dari sisi dukungan. Pasalnya pria asal Belitung ini punya pendukung cukup banyak dan fanatik yang kerap disebut Ahoker. Saat jadi gubernur, kepuasan publik pada kinerjanya juga terbilang tinggi meski akhirnya harus kalah dari Anies-Sandi.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran, Firman Manan mengamini jika dukungan Ahok ke Prabowo-Sandi kecil kemungkinannya. Namun tak lantas serta merta ia bakal mendukung atau ditarik oleh kubu Jokowi-Ma'ruf.
Ada beberapa hal yang bakal dipertimbangkan untuk menarik Ahok atau menerima dukungan tersebut.
Salah satunya menurut Firman adalah karena Jokowi tengah berupaya mengambil hati pemilih Islam konservatif. Kelompok Islam selama ini dikenal banyak yang mendukung Prabowo-Sandi yang diklaim pasangan yang didukung Ijtimak Ulama. Pasangan ini juga didukung Imam Besar Front Pembela Islam Rizieq Syihab.
Selain itu, dukungan terbuka Ahok bagi Jokowi dinilai bisa kontraproduktif dengan keberadaan Ma'ruf Amin. Bukan soal 'luka' masa lalu. Lagi-lagi lebih kepada segmen pemilih yang dibidik Jokowi.
"Kalau Ahok secara terbuka bergabung dan ikut berkampanye, menurut saya itu bisa jadi persoalan karena bisa dijadikan isu sentimen negatif di kalangan pemilih muslim," kata Firman.
Peneliti dari Pusat Studi Politik dan Keamanan Universitas Padjajara Idil Akbar punya pendapat serupa.
Idil mengatakan resistensi terhadap Ahok dari muslim konservatif masih cukup kuat. Melibatkannya secara aktif dan terbuka malah berpotensi membawa kerugian yang lebih besar ketimbang manfaatnya.
Menurut Idil, hal itu akan berbeda apabila Ahok hanya ditempatkan sebagai pendukung biasa tanpa berada di dalam tubuh tim pemenangan Jokowi-Mar'uf.
"Resistensi ini bisa sangat terbuka sebagai bagian dari
negative campaign bahkan
black campaign, terlebih untuk Ma'ruf Amin," ujar Idil.
Direktur Eksekutif Vox Populi Center Pangi Syarwi Chaniago menyatakan kubu Jokowi-Ma'ruf memang harus hati-hati jika ingin merekrut Ahok.
Pangi mengatakan ada kekecewaan yang masih terlihat dari para Ahoker ketika Ma'ruf yang dipilih sebagai cawapres.
Karena itu perlu pertimbangan mendalam apabila memang harus menyerap pengaruh Ahok.
(bin/sur)