Jakarta, CNN Indonesia -- Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (
Formappi) Lucius Karus menilai caleg-caleg baru sulit mensosialisasikan diri di
Pemilu 2019.Alasannya, karena pemilihan legislatif dan pemilihan presiden dihelat bersamaan dan ruang publik lebih riuh diisi isu tentang pilpres.
"Caleg dirugikan terutama yang baru karena di saat bersamaan di tingkat nasional isu yang menghiasi ruang publik didominasi kampanye capres-cawapres," kata Lucius dalam diskusi di kantor Formappi, Jakarta, Kamis (31/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lucius menilai tidak mudah bagi caleg khususnya yang baru ikut dalam pemilu untuk mengkampanyekan dirinya. Isu pilpres terlalu menghegemoni di ruang publik.
Media massa khususnya televisi juga lebih banyak memiliki program bertemakan pilpres. Pembicaraan di media sosial, lanjut Lucius, pun didominasi oleh pilpres.
Lucius mengatakan caleg benar-benar harus mencari celah agar optimal dalam mensosialisasikan diri. Walau bagaimanapun, katanya, caleg adalah peserta pemilu, sehingga harus sosialisasi jika ingin terpilih.
Lucius menilai langkah
door to door ke rumah warga merupakan misi yang bagus bagi caleg untuk mensosialisasikan diri di tengah isu pilpres yang mendominasi.
"Kerja kampanye dari rumah ke rumah. Itu efektif. Kita tahu sendiri kampanye lima bulan, mestinya pemilih sudah punya pilihan soal pilrpes dan capres. Waktu tersisa harusnya jadi strategis untuk caleg," kata Lucius.
Dalam forum yang sama, caleg PDIP Brigita Manohara mengamini bahwa isu pilpres memang mendominasi ruang publik.
Namun, caleg daerah pemilihan (dapil) Lampung I itu tidak terlalu cemas. Dia mengatakan arahan dari partai yang paling utama adalah memenangkan Joko Widodo sebagai presiden.
"Tugas saya yang utama adalah Pak Jokowi menang. Kedua, PDIP menang ," ucap Brigita yang baru kali ini menjadi caleg.
Meski begitu, bukan berarti dirinya pesimis. Dia mengatakan tetap berusaha semaksimal mungkin untuk memperkenalkan diri kepada masyarakat di daerah pemilihannya.
"Tapi dengan cara yang tepat," ucap Brigita.
Caleg partai Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dedek Prayudi mengatakan hal serupa. Namun, hal itu tidak menyurutkan tekadnya menjadi caleg di Pemilu 2019.
"Kita tetap harus membangun pemahaman bahwa pembangunan politik bukan hanya oleh presiden, tetapi juga oleh DPR atau legislatif," kata Dedek.
(bmw/ugo)