
Dianggap Kampanye Jokowi, Jubir TKN Arif Disoraki Emak-emak
CNN Indonesia | Selasa, 26/02/2019 20:34 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Arif Budimanta disoraki kelompok emak-emak saat memaparkan program dan prestasi calon presiden petahana Jokowi di acara diskusi publik dengan tema 'Diskusi Publik Membedah Isu-isu Strategis pada Debat Capres/Cawapres Demi Kemajuan Bangsa hari ini'.
Pada mulanya, Arif menjelaskan soal redistribusi aset yang dijalankan Jokowi melalui reforma agraria. Arif mengklaim program itu sangat strategis untuk menekan angka kesenjangan penduduk. Arif juga menjelaskan reforma agraria bukan hanya adil soal kepemilikan aset dan bagi-bagi tanah, namun juga akses terhadap infrastruktur.
Belum sampai 15 menit Arif memaparkan prestasi Jokowi, ia kemudian berhenti karena diteriaki 'bohong' oleh sekelompok ibu-ibu yang hadir di diskusi yang digelar oleh Institut Soekarno Hatta di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (26/1).
"Bohong itu, jangan kampanye di sini pak," teriak seorang ibu.
"Boleh saya lanjutkan?" tanya Arif.
"Tidak usah pak, bicara realita saja," kata ibu yang teriak tadi.
Mendengar interupsi itu, Arif terlihat kesal dan mengatakan tak mau menerima emak-emak di acara diskusi.
"Waduh bahaya, lain kali saya tidak mau terima emak-emak lagi," kata Arif yang terus disoraki kata 'dusta' dan 'bohong' oleh kelompok emak-emak yang hadir.
Walau sudah diminta tenang oleh moderator, suasana diskusi tidak kunjung kondusif. Arif yang juga Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengaku tak bisa melanjutkan diskusi dan izin meninggalkan ruangan.
Sebelum pamit, Arif mengatakan bahwa ia dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno bersahabat akrab. Untuk itu, ia meminta agar pemilihan presiden (pilpres) 2019 April mendatang berjalan dengan damai.
"Saya dan Pak Sandiaga Uno itu bersahabat. Sama-sama satu kampung halaman, hanya saja berbeda pilihan. Mohon maaf saya tidak bisa ikut sampai selesai," tuturnya.
Dalam diskusi tersebut turut hadir mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin dan sastrawan Taufiq Ismail.
Selain itu tampak hadir pengamat politik Boni Hargens, pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy, dan sejumlah aktivis seperti Syahganda Nainggolan,Sayuti Asyathri, Hatta Taliwang dan Haris Rusli Moty.
Sebelum Arif bicara, Din Syamsudin menyinggung soal keberadaan para pendukung fanatik di pilpres 2019. Eks utusan khusus Presiden Jokowi ini mengatakan bahwa fanatisme politik kurang didasari pada literasi politik, kecerdasan informasi, dan pengetahuan politik.
"Banyak saya saksikan lebih karena emosi. Sebagian anak bangsa buta aksara politik. Dalam arti tidak semua punya pengetahuan yang dalam dan utuh tentang calon yang akan dipilih," ujar Din.
(nvt/DAL)
Pada mulanya, Arif menjelaskan soal redistribusi aset yang dijalankan Jokowi melalui reforma agraria. Arif mengklaim program itu sangat strategis untuk menekan angka kesenjangan penduduk. Arif juga menjelaskan reforma agraria bukan hanya adil soal kepemilikan aset dan bagi-bagi tanah, namun juga akses terhadap infrastruktur.
Belum sampai 15 menit Arif memaparkan prestasi Jokowi, ia kemudian berhenti karena diteriaki 'bohong' oleh sekelompok ibu-ibu yang hadir di diskusi yang digelar oleh Institut Soekarno Hatta di bilangan Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (26/1).
"Bohong itu, jangan kampanye di sini pak," teriak seorang ibu.
"Boleh saya lanjutkan?" tanya Arif.
"Tidak usah pak, bicara realita saja," kata ibu yang teriak tadi.
Mendengar interupsi itu, Arif terlihat kesal dan mengatakan tak mau menerima emak-emak di acara diskusi.
"Waduh bahaya, lain kali saya tidak mau terima emak-emak lagi," kata Arif yang terus disoraki kata 'dusta' dan 'bohong' oleh kelompok emak-emak yang hadir.
![]() |
Walau sudah diminta tenang oleh moderator, suasana diskusi tidak kunjung kondusif. Arif yang juga Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) mengaku tak bisa melanjutkan diskusi dan izin meninggalkan ruangan.
Sebelum pamit, Arif mengatakan bahwa ia dan calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno bersahabat akrab. Untuk itu, ia meminta agar pemilihan presiden (pilpres) 2019 April mendatang berjalan dengan damai.
"Saya dan Pak Sandiaga Uno itu bersahabat. Sama-sama satu kampung halaman, hanya saja berbeda pilihan. Mohon maaf saya tidak bisa ikut sampai selesai," tuturnya.
![]() |
Dalam diskusi tersebut turut hadir mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin dan sastrawan Taufiq Ismail.
Selain itu tampak hadir pengamat politik Boni Hargens, pengamat ekonomi Ichsanuddin Noorsy, dan sejumlah aktivis seperti Syahganda Nainggolan,Sayuti Asyathri, Hatta Taliwang dan Haris Rusli Moty.
Sebelum Arif bicara, Din Syamsudin menyinggung soal keberadaan para pendukung fanatik di pilpres 2019. Eks utusan khusus Presiden Jokowi ini mengatakan bahwa fanatisme politik kurang didasari pada literasi politik, kecerdasan informasi, dan pengetahuan politik.
"Banyak saya saksikan lebih karena emosi. Sebagian anak bangsa buta aksara politik. Dalam arti tidak semua punya pengetahuan yang dalam dan utuh tentang calon yang akan dipilih," ujar Din.
ARTIKEL TERKAIT

Syarat WNA Punya KTP Ketat dan Tak Bisa Digunakan Nyoblos
Nasional 9 bulan yang lalu
Kunjungi Cilacap, Jokowi Dapat Bambu Sakti dari Warga
Nasional 9 bulan yang lalu
Warga Cileungsi ke Jokowi: Sekarang Kasih Mobil ya Pak?
Nasional 9 bulan yang lalu
Jokowi: Pencairan PKH Tahap Kedua April 2019
Nasional 9 bulan yang lalu
Blusukan ke Pasar, Jokowi Sebut Harga Beras Stabil
Nasional 9 bulan yang lalu
Jokowi Kunjungi Rumah Istri Eks Wapres Umar Wirahadikusumah
Nasional 9 bulan yang lalu
BACA JUGA

Jokowi Targetkan Tol JORR II Selesai Akhir 2020
Ekonomi • 07 December 2019 18:58
Jokowi: Feeling Saya, RI Ekspor Petrokimia
Ekonomi • 06 December 2019 20:34
Jokowi Pinjam Sertifikat Tanah Orang Tua Demi Modal Usaha
Ekonomi • 06 December 2019 19:53
Jokowi soal Pemecatan Dirut Garuda: Sudah Tegas Sekali
Ekonomi • 06 December 2019 17:02
TERPOPULER

Poyuono: Jubir Gerindra Bertugas Amankan Prabowo dan Jokowi
Nasional • 1 jam yang lalu
Ketua KPK: 2019 Merupakan Tahun yang Sangat Berat
Nasional 1 jam yang lalu
Kasus HAM Talangsari, KontraS Soroti Pengabaian Hak Korban
Nasional 24 menit yang lalu