Andi Arief, dari Penjara Politik hingga Terjerat Narkoba

CNN Indonesia
Senin, 04 Mar 2019 16:05 WIB
Sebelum reformasi Andi Arief 'diculik aparat' terkait sikap oposisi pada orba, kini ia dicokok terkait kasus narkoba.
Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief. (Detikcom/Usman Hadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief terjerat kasus narkoba. Pria kelahiran Bandar Lampung pada 1970 silam itu diduga ditangkap polisi ketika sedang mengonsumsi narkoba jenis sabu di sebuah hotel di kawasan Jakarta Barat.

Andi yang dikenal sebagai aktivis 1998 itu dulu sempat 'diculik aparat' pada masa Orde Baru terkait aktivitasnya sebagai Ketum Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID). Kini, ia dicokok aparat karena berurusan dengan benda terlarang yakni narkoba.

Perjalanan pendidikan Andi Arief lebih banyak dihabiskan di kota kelahirannya, Bandar Lampung. Dia kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 1989 silam.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di dunia mahahasiswa itulah, pemikiran Andi Arief semakin berkembang dan terlibat dalam pergerakan di kampus. Ia tercatat pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fisipol UGM pada 1993-1994. Kemudian, dia menjadi Ketua SMID cabang Yogyakarta pada 1994.


Memasuki 1996, Andi Arief menjadi Ketum SMID dan mulai aktif di Partai Rakyat Demokratik. Akibat PRD dinilai mengancam rezim Orde Baru, sejumlah tokohnya lalu diculik termasuk Andi Arief.

Andi Arief dicokok segerombol pria berambut cepak pada 28 Maret 1998 di ruko milik kakaknya di Bandar Lampung. Kisah penculikan para aktivis, termasuk Andi Arief, itu setidaknya bisa dibaca dalam buku karya Erros Djarot dkk berjudul Prabowo Sang Kontroversi: Kisah Penculikan, Isu Kudeta, dan Tumbangnya Seorang Bintang (2007)
.
Andi disebut disekap selama 17 hari, di mana ia diinterogasi para penculik yang meminta keterangan perihal tokoh-tokoh yang dianggap beroposisi pada rezim Orde Baru. Ia bebas dari 'tahanan politik' itu pada Juli 1998.

Jejak Andi Arief, dari 'Penjara Politik' ke Penjara NarkobaAndi Arief (kiri) pernah menyebut Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) dengan julukan Jenderal Kardus. (CNN Indonesia/Hesti Rika)


Dunia Politik Pascareformasi

Memasuki masa reformasi, Andi Arief kembali terlibat dalam politik. Pada Pemilu Presiden 2004, ia turut berperan memenangkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla.

Oleh SBY, Andi sempat dijadikan sebagai salah satu komisaris PT Pos Indonesia. Selain itu, ia pun didapuk SBY menjadi staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana.

Salah satu yang fenomenal dari kiprah Andi Arief di Istana adalah menginisiasi tim terpadu riset mandiri untuk meneliti situs megalitik Gunung Padang, Cianjur.

Di kontestasi pemilu, Andi Arief pernah terlibat dalam Pilgub Lampung 2008. Kala itu Andi Arief maju sebagai calon wakil gubernur bersama Muhajir Utomo dari jalur independen. Pada akhirnya, dia gagal menjadi Wagub Lampung.

Jelang kontestasi Pilpres 2019, Andi Arief sempat beberapa kali memanaskan suhu politik Indonesia lewat kicauan-kicauannya di Twitter.

Beberapa di antaranya menyebut Prabowo Subianto sebagai 'jenderal kardus'. Pun menuding Sandiaga Uno menyetor uang ke partai pendukung Prabowo agar memilihnya sebagai calon wakil presiden.

Itu dilakukannya sebelum Partai Demokrat memilih turut dalam koalisi pengusung Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019.

Terbaru, adalah soal kicauan dirinya perihal tujuh kontainer surat suara telah tercoblos di dermaga tanjung priok. Kabar tujuh kontainer surat suara itu belakangan diketahui hoaks.



(kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER