Selain Pulau Rupat, daerah lain yang terparah mengalami Karhutla adalah Kabupaten Meranti, Bengkalis, dan Dumai.
Di kawasan Batu Bintang, Dumai Barat, lidah-lidah api yang tingginya kira-kira setengah meter di tumpukan sisa lahan sawit masih terlihat di sejumlah titik. Kemudian masih terasa benar abu sisa karhutla saat kami menginjakkan tanah.
Jika seseorang melangkah, maka abu sisa karhutla akan naik ke atas dan terhirup. Anggota Manggala Agni yang bertugas, Rahmad menyatakan pihaknya sedang melakukan blokade area agar api tidak menyebar.
"Setelah kami blok baru kami padamkan. Kalau lama memadamkannya juga tergantung berapa dalam gambutnya. Biasanya ada sampai yang 2-3 meter ke dalamannya dan kami bisa berhari-hari memadamkannya," ucap Rahmad.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Di kawasan ini anggota Manggala Agni memadamkan api dengan sistem manual. Mereka bahkan membuat embung dadakan di sekitaran daerah kebakaran sebagai sumber air untuk memadamkan api.
Menurut Rahmad, sejauh ini yang menjadi kendala ialah sumber air yang kurang di musim kemarau dan angin yang terus bertiup.
"Kalau tengki air tidak bisa masuk karena keterbatasan lokasi mau tidak mau kami bikin embung. Belum lagi kalau angin terus bertiup maka kami jaga terus," ucap Rahmad.
Bergeser ke arah selatan, kami mengunjungi kawasan Meranti. Di lokasi ini pemadaman api dilakukan dengan cara yang berbeda, yakni menggunakan zak adiktif.
Sebelum disemburkan ke api, para anggota Manggala Agni mencampurkan segentong zat adiktif di pusaran air. Zat ini pula yang akan disemburkan melalui nozzle air.
Nozzle yang dipakai di Dumai memungkinkan penyemburan air melalui tiga posisi, yakni posisi semburan air biasa melintang, posisi menyebar seperti penyiraman tanaman dan satu lagi posisi penyuntikan air dari dalam tanah atau gambut.
"Karena ini kebakarannya ada di bawah (bawah gambut). Zat adiktif itu akan menutup rongga-rongga dan pori-pori di permukaan sebagai sumber oksigen api," ujar Jusman.
"Jika tidak ada asap yang muncul ke permukaan dan kita buka sedikit buihnya untuk bahwa kebakaran di bawah ini sudah tidak ada. Baru kita selesai," kata Jusman.
Karhutla MenurunRaffles mengatakan upaya Manggala Agni dalam memadamkan api di garis terdepan berbuah manis. Dalam catatan KLHK titik
hotspot di seluruh Indonesia sudah turun sekitar 24 persen dari tahun lalu di bulan yang sama.
"Penurunan titik
hotspot head to head itu bisa sampai 24 persen karena integrasi pencegahan dan penanggulangan yang kita lakukan," ujar Raffles.
Secara umum, jumlah titik
hotspot ini juga konsisten turun sejak tahun 2015. Di periode Januari-Desember 2015 luas karhutla mencapai 183.808 hektare, pada tahun 2016 mencapai 85.219 hektare, pada periode Januari-April tahun 2017 seluas 5.161 hektare.
Kemudian di periode Januari-Maret 2018 ada 4.277 hektare karhutla dan terakhir pada periode Januari-25 Februari 2019 tahun ini luas karhutla hanya 695 hektare.
"Jadi kalau dikira pemerintah gagal total menangani karhutla saya kira data lah yang menjawab ini semua. Jelas tidak ada karhutla yang hebat seperti yang terjadi tahun 2015," ujar Rafles.