Jakarta, CNN Indonesia --
Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengungkap bahwa mayoritas responden tak percaya dengan sejumlah kabar bohong alias
hoaks soal Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Hal itu berdasarkan survei nasional yang melibatkan 2820 responden yang memiliki hak pilih pada Februari-Maret dengan
margin of error plus minus 2 persen.
"Masyarakat ternyata cukup selektif dan tidak menerima begitu saja berita negatif yang disiarkan tentang Jokowi," kata Direktur SMRC Djayadi Hanan, dikutip dari
laman resminya, Minggu (17/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
SMRC sendiri memberikan tiga pertanyaan terkait hoaks atau
fake news terkait Jokowi. Pertama, hoaks Jokowi terkait Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebanyak 72,5 persen responden menyatakan tidak setuju dengan hoaks itu, dan 5,6 persen responden setuju. Sebanyak 21,8 persen tak menjawab atau tidak tahu.
Kedua, isu Jokowi kaki tangan Republik Rakyat China (RRC). Mayoritas responden (69,2 persen) menyatakan tak sepakat, 10 persen lainnya setuju dengan hoaks itu, dan 20,7 persen lainnya tak menjawab atau tidak tahu.
 Direktur SMRC Djayadi Hanan. ( CNNIndonesia/Adhi Wicaksono) |
Ketiga, isu Jokowi anti Islam. Sebanyak 76 persen responden menyatakan tak setuju, 6 persen mengaku setuju, dan 17,9 persen tak menjawab atau mengaku tak tahu.
"Opini-opini negatif tentang latar belakang Jokowi dan tindakan-tindakannya yang sering muncul di media massa, terutama media sosial, sejauh ini diyakini oleh relatif sedikit warga," ucap Djayadi.
Lewat analisis
multivariate SMRC untuk mengetahui dampak relatif kondisi ekonomi, identitas dan mobilisasi identitas serta
fake news, ditemukan fakta bahwa
fake news lebih terkait dengan pasangan 02.
"Pasangan 01 lebih berhubungan dengan persoalan rasional kondisi ekonomi, sementara pasangan 02 lebih berhubungan dengan identitas, mobilisasi identitas, dan
fake news," tulis SMRC.
Menurut survei tersebut, kondisi ekonomi yang positif menaikkan peluang Jokowi-Ma'ruf, sekaligus menurunkan peluang Prabowo-Sandiaga untuk memenangkan pilpres.
Survei ini menemukan bahwa mayoritas masyarakat menganggap kondisi ekonomi nasional tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya (42,3 persen). Sementara, yang menilai lebih buruk sebanyak 18 persen, dan yang menyatakan tak ada perubahan sebesar 29 persen.
 Foto: CNN Indonesia/Timothy Loen |
"Karena penilaian atas kondisi ekonomi lebih positif sekarang maka elektabilitas petahana juga lebih baik," ucap SMRC.
Sebaliknya, isu identitas, hoaks atau
fake news menurunkan peluang Jokowi-Ma'ruf dan menaikkan peluang Prabowo-Sandiaga untuk menang.
"Tapi karena
fake news dan mobilisasi identitas belum menyentuh secara massif maka peluang 01 belum merosot," kata SMRC.
Pada survei ini elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf mencapai 57,6 persen, sementara dukungan pada Prabowo-Sandi Uno mencapai 31,8 persen.
[Gambas:Video CNN] (arh/sur)