Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut ada dua faktor yang jadi penyebab
banjir bandang di
Sentani, Jayapura. Kedua faktor itu, yakni curah hujan ekstrem dan perambahan hutan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, bencana di Sentani bermula ketika hujan mengguyur Distrik Sentani yang berdekatan dengan Pegunungan Cycloops. Curah hujan yang turun saat itu sangat lebat, tercatat mencapai 248,5 milimeter dan berlangsung dari pukul 5 sore hingga 12 malam.
"(Curah hujan) ini kategori yang ekstrem sekali, 248 (milimeter) rata-rata turunnya satu bulan tapi ini diturunkan dalam periode 7 jam," jelas Sutopo dalam jumpa pers di Grha BNPB, Jakarta Timur, Senin (18/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hujan itu menyebabkan debit air di bagian hulu meningkat drastis. Dengan kondisi yang curam, air dari hulu turun dengan cepat ke hilir sehingga menyebabkan 9 kelurahan di Sentani diterjang banjir bandang.
Namun tak hanya karena hujan saja banjir besar itu bisa terjadi. Sutopo menambahkan bahwa setidaknya sejak 2003 silam, cagar alam di pegunungan Cycloops dirambah oleh 43.030 orang.
Sementara 2.415 daerah tangkapan air (DTA) banjir malah digunakan oleh pemukiman dan pertanian lahan kering campur. Belum lagi di pegunungan itu juga terjadi pembukaan lahan untuk kebutuhan kayu dan galian tambang.
"Jadi penyebabnya ada dua yakni kombinasi faktor alam dan faktor ulah manusia," imbuh Sutopo.
Akibat banjir bandang ini, tercatat 79 orang meninggal dunia, 74 terluka, 43 lainnya masih hilang, dan 4.226 orang mengungsi. Bencana ini juga mengakibatkan 350 unit rumah rusak berat, 211 unit rumah terendam air, 8 unit sekolah rusak berat, 3 jembatan rusak berat, dan 1 unit pesawat Twin Otter rusak.
Sutopo menyampaikan pemerintah sudah menetapkan masa tanggap darurat untuk menangani musibah ini. Masa tanggap darurat ini berlaku untuk 14 hari ke depan sejak Minggu (17/3) kemarin.
(bin/osc)