LSI Denny JA: 50,6 Persen Pemilih Tak Tahu Hari Pencoblosan

CNN Indonesia
Selasa, 19 Mar 2019 19:05 WIB
Peneliti LSI Denny JA menyatakan ketidaktahuan tanggal pencoblosan pemilu menjadi salah satu faktor munculnya golput dalam gelaran demokrasi.
Hari pemungutan suara untuk Pilpres dan Pemilu 2019 bakal digelar pada 17 April 2019. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyatakan tingkat pengenalan pemilih terhadap pelaksanaan Pemilihan Presiden (Pilpres) tahun 2019 secara populasi masih rendah.

"Secara populasi, 50,6 persen tidak tahu dan tidak dapat menyebutkan kapan tanggal dan bulan pencoblosan pilpres dengan benar," ujar Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman, Jakarta, Selasa (19/3).

Ikrama membeberkan persentase populasi diperoleh dari hasil perkalian atas persentase hasil survei tingkat pengenalan pemilih terhadap pelaksanaan pilpres dengan tingkat pengenalan jadwal pelaksanaan pilpres.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pengenalan pelaksanaan, Ikrama menyebut hanya 65,2 persen responden yang mengklaim tahu kapan hari pencoblosan pilpres. Sementara itu, sebanyak 29,5 persen tidak tahu dan 5,3 persen tidak menjawab.


Meski mengetahui, Ikrama menyebut hanya 75,8 persen dari 65,2 persen yang mengklaim tahu yang dengan tepat menyebut dengan tepat pelaksanaan pemilu legislatif dan pilpres pada 17 April 2019.

"Sebanyak 24,2 persen salah atau menjawab selain 17 April," ujarnya.

Ikrama menyampaikan seluruh temuan itu berdasarkan hasil survei LSI Denny JA yang dilakukan pada 18-25 Februari 2019 terhadap 1.200 responden di 34 provinsi dengan margin of error sekitar 2,9 persen.

Metode survei itu menggunakan multistage random sampling dengan wawancara tatap muka menggunakan kuesioner dan dilengkapi dengan diskusi grup fokus, analisis media, serta wawancara mendalam.


Potensi Golput Meningkat

Ikrama menyampaikan rendahnya pemahaman pemilih terhadap pelaksanaan pilpres mendorong terjadinya golput. Sebab, kata dia, salah satu faktor terjadinya golput karena tidak mendapatkan informasi lengkap soal pelaksanaan pemilu. Masalah lain, kata dia, yakni akses dan administrasi untuk menggunakan hak pilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS).

"Saya menduga mungkin angka golput bisa naik," ujar Ikrama.

Berdasarkan catatan LSI Denny JA, golput dalam gelaran pemilu selalu mengalami peningkatan, yakni tahun 2003 sebesar 23,3 persen, 2009 sebesar 27,4 persen, dan 2014 sebesar 30,4 persen.

Atas hal itu, ia mengingatkan penyelenggara pemilu untuk lebih masif melakukan sosialisasi pelaksanaan pilpres.

Lebih dari itu, ia menyampaikan angka golput pada Pilpres 2019 bisa meningkat karena pada pilpres kali ini diikuti oleh kentestan pada pilpres sebelumnya. Hal itu menimbulkan kejenuhan di mata sejumlah pemilih. Sentimen identitas dan hoaks yang terjadi dalam pemilu kali ini juga menjadi alasan lain yang mempengaruhi angka golput.


[Gambas:Video CNN] (jps/kid)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER