Jakarta, CNN Indonesia -- Lingkaran Survei Indonesia Denny JA menyatakan pasangan calon nomor urut 01
Joko Widodo-Ma'ruf Amin dirugikan jika kalangan emak-emak dan rakyat kecil alias wong cilik golput pada Pilpres 2019.
Prediksi itu berdasarkan survei bahwa emak-emak dan wong cilik menyumbang margin kemenangan masing-masing 31 persen dan 36,3 persen dalam suara Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
"Jika golput banyak terjadi di pemilih emak-emak, Jokowi-Ma'ruf dirugikan," ujar Peneliti LSI Denny JA, Ikrama Masloman dalam rilis survei LSI Denny JA bertema 'Siapa Dirugikan Golput: Jokowi atau Prabowo' di Kantor LSI Denny JA, Jakarta, Selasa (19/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ikrama memaparkan temuan itu berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 18-25 Februari 2019 melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner dengan metode
multistage random sampling terhadap 1.200 responden di 34 provinsi dan
margin of error berkisar 2,9 persen.
"Kami juga melengkapi survei dengan penelitian kualitatif dengan metode analisis media, FGD, dan
in depth interview. Survei ini dibiayai sendiri oleh LSI Denny JA," ujarnya.
Survei LSI Denny JA mencatat hampir 50 persen pemilih di Pilpres 2019 adalah emak-emak atau perempuan. Di kantong pemilih ini, berdasarkan survei Februari 2019, sebanyak 61 persen pemilih emak-emak memberikan dukungan kepada Jokowi-Ma'ruf. Sementara dukungan terhadap Prabowo-Sandi sebesar 30 persen.
"Artinya bahwa selisih kedua pasangan capres di segmen ini mencapai 31 persen," kata Ikrama.
Adapun penyebab golput di kalangan emak-emak, Ikrama menyampaikan hal itu bisa terjadi karena gagasan dan informasi seputar Pilpres 2019 tidak terdistribusi dengan baik. Penyebab lain karena masalah administrasi seperti kertas suara yang tidak terdistribusi secara merata.
"Kemudian masalah apatisme politik," ujar Ikrama.
Terkait hal itu, Ikrama menyampaikan upaya mendorong agar emak-emak tidak apatis terhadap pilpres merupakan solusi mencegah golput di segmen tersebut. Beberapa hal yang bisa dilakukan, kata dia, melakukan kapitalisasi kampanye yang langsung menyasar emak-emak.
"Sehingga mereka merasa punya kewajiban untuk datang ke TPS," ujarnya.
Selain emak-emak, survei LSI Denny JA juga menyebut Jokowi-Ma'ruf dirugikan jika golput banyak terjadi di kalangan wong cilik. Sebab, ia menyebut margin kemenangan paslon 01 di segmen itu mencapai 36,3 persen.
Margin kemenangan itu diketahui berdasarkan survei terakhir pada Februari 2019. Dari 49,8 persen populasi suara wong cilik, survei LSI Denny JA menunjukkan dukungan kepada Jokowi-Maruf di segmen tersebut sebesar 63,7 persen,sementara dukungan terhadap Prabowo-Sandi sebesar 27,4 persen.
"Artinya dalam survei terbaru, Jokowi-Maruf unggul dari Prabowo-Sandi dengan selisih sebesar 36,3 persen," ujar Ikrama.
Ikrama menyampaikan ada tiga alasan golput terjadi di segmen wong cilik. Pertama, golput terjadi karena informasi gagasan dan jadwal pemilu tidak sampai. Kedua, wong cilik merasa rugi meninggalkan upah harian karena libur untuk mencoblos.
"Ketiga, masalah administrasi. Masalah administrasi adalah bagaimana faktor sosialisasi ataupun misalnya undangan memilih kemudian tidak sampai kepada pemilih," ujar Ikrama.
Tak hanya itu, Ikrama menyebut Jokowi-Ma'ruf dirugikan jika pemilih milenial golput karena margin kemenangan paslon 01 pada segmen itu sebesar 22 persen.
Ia berkata ada dua alasan menyebabkan pemilih milenial golput, yakni tidak terinformasi dan apatisme politik.
Khusus apatisme, ia berkata hal itu dipicu karena karakter pemilih milenial yang progresif dan kritis. Dua karakter itu memiliki kaitan dengan kekecewaan yang berdampak timbulnya apatisme.
"Makanya kita lihat banyak gerakan menuju apatisme ini, seperti meme Nurhadi-Aldo yang bisa membuat partisipasi menjadi lebih rendah," ujarnya.
Terakhir, LSI Denny JA menyebut Jokowi-Ma'ruf dirugikan jika pemilih minoritas banyak memilih golput. Sebab, dari 12, 2 persen kantong pemilih minoritas, Jokowi-Maruf selalu unggul telak.
Bahkan survei terakhir menunjukkan margin kemenangan Jokowi-Ma'ruf di segmen ini mencapai 68,7 persen, atau 80,3 persen kalangan minoritas mendukung Jokowi dan hanya 11,6 persen kalangan minoritas mendukung Prabowo-Sandi.
Ada dua alasan yang melatari golput kalangan minoritas. Pertama, pemilih minoritas kemungkinan tidak ke TPS karena memilih untuk berlibur. Diketahui bahwa tanggal pencoblosan 17 April dekat dengan libur nasional Kenaikan Isa Almasih pada 19 April 2019.
"Alasan kedua merasa tidak aman dan memilih keluar negeri," ujar Ikrama.
Jumlah GolputLSI Denny JA mengutip data KPU mengenai jumlah golput dalam tiga pemilu sebelumnya. Pada Pemilu 2004 mereka yang golput sebesar 23,3 persen. Pada pemilu 2009 sebesar 27,45 persen. Dan pada pemilu 2014 mencapai 30,42 persen.
"Jumlah mereka yang tidak memilih (golput) cukup variatif sekitar 23 persen hingga 30 persen. Dalam tiga pemilu terakhir, ada kecenderungan kenaikan jumlah mereka yang golput," ujar Ikrama.
Ikrama mengatakan meski elektabilitas Jokowi-Ma'ruf tetap unggul dengan selisih di atas 20 persen dari pasangan Prabowo-Sandi. Namun keunggulan Jokowi-Ma'ruf ini masih di bawah angka golput, yang sejak pilpres langsung berkisar antara 23-30 persen.
"Survei terakhir (Februari 2019) yang menunjukkan selisih kedua capres melebar hingga angka 27,8 persen pun masih di bawah angka golput Pilpres 2014 yang mencapai 30,42 persen," kata Ikrama.