Jakarta, CNN Indonesia -- Penemuan
surat suara tercoblos di Malaysia disebut sebagai buntut dari perang tarif pembelian suara antar
calon anggota legislatif dari daerah pemilihan Jakarta II.
Hal itu diutarakan seorang sumber
CNNIndonesia.com yang enggan disebutkan namanya. Sumber tersebut mengindikasikan bahwa politik uang memang terjadi di Malaysia, sehingga ada perang tarif.
"Kasus Malaysia [karena] kecemburuan tarif," kata sumber tersebut kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (11/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber tersebut mengatakan bahwa penemuan surat suara tercoblos sebagai buntut dari perang harga suara. Dia menyebut tarif satu suara adalah 20 Ringgit.
Akan tetapi, salah satu calon anggota legislatif debutan ingin membeli satu suara dengan harga 50 ringgit, yang berujung terkuaknya dugaan kecurangan.
"Harga suara 20 ringgit, pasaran dirusak jadi 50 ringgit. Akibatnya jadi musuh bersama," ucap sumber tersebut.
Sumber
CNNIndonesia.com itu juga mengatakan bahwa penemuan surat suara tercoblos di Malaysia sebagai kerja sama antara Panwaslu setempat dengan orang-orang yang terafiliasi partai politik tertentu.
"Ini kerja sama sama Bawaslu. Grebegnya juga bareng Bawaslu," ucap sumber itu.
Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Fritz Edward Siregar tidak membenarkan pernyataan sumber
CNNIndonesia.com. Namun, ia tak membantah bahwa pihaknya bekerja sama dengan partai tertentu dalam menguak dugaan kecurangan di Malaysia.
"Laporan bisa datang dari mana saja. Tugas Panwaslu kan harus ungkap setiap dugaan," kata Fritz saat dikonfirmasi.
Sebelumnya, beredar video penemuan surat suara yang telah dicoblos pada Kamis (11/4). Lokasi bertempat di sebuah ruko di Selangor, Malaysia. Sejumlah orang yang nampak di video menunjukkan surat suara dalam kantung. Ada coblosan di kolom paslon pilpres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sebagian dari mereka juga menunjukkan surat suara calon anggota legislatif DPR RI daerah pemilihan Jakarta II (Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri). Surat suara yang ditunjukkan sudah tercoblos caleg partai NasDem nomor urut dua Davin Kirana, anak dari Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana.
Anggota Dewan Pakar Partai NasDem Teuku Taufiqulhadi mengaku pihaknya sama sekali tidak mengetahui ihwal penemuan surat suara yang sudah dicoblos di Malaysia.
"Kami menolak praktek politik kotor seperti itu," ucap Taufiqulhadi.
Menurut Taufiqulhadi, hal itu mengesankan bahwa NasDem adalah pelaku dari kejadian tersebut. Padahal, NasDem tidak mengetahui dan mengharamkan praktik politik kotor seperti itu.
Dia berharap KPU dan Bawaslu lekas mengusut kasus penemuan surat suara dicoblos di Malaysia. Tentu agar NasDem tidak terus dirugikan dengan informasi yang telah berkembang sejauh ini.
"Sejauh belum ada bukti, saya juga berharap, tidak ada pihak berwenang mengeluarkan pernyataan yang bisa menyudutkan pihak lain," kata Taufiqulhadi.
Selain gambar Jokowi dan NasDem, Ketua Panwaslu Kuala Lumpur Yaza Azzahara Ulyana juga mengatakan beberapa lembar surat suara tercoblos adalah caleg Demokrat nomor urut 3. Namun, ketika dikonfirmasi soal tersebut, Partai Demokrat belum memberikan respons.
 Anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Fritz Edward Siregar. ( CNN Indonesia/Bimo Wiwoho) |
Sementara itu, anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Fritz Edward Siregar meminta KPU berhenti melakukan pemungutan suara di Malaysia.
"Sampai dengan adanya penyelidikan kasus ini," ucap Fritz saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Kamis (11/4).
KPU sendiri langsung menghelat rapat mendadak. Mereka membicarakan surat suara tercoblos di Malaysia yang baru saja ditemukan.
CNNIndonesia.com sudah berusaha mengontak Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana, sejak Kamis untuk meminta konfirmasi terkait kejadian ini. Namun, ia tidak bisa dihubungi sampai saat ini.
[Gambas:Video CNN] (bmw/dea)