Jakarta, CNN Indonesia -- Aris (36 tahun) rela bangun sejak subuh. Hari ini, Rabu (17/4), ia bertugas untuk menjadi anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di Tempat Pemungutan Suara (
TPS) 126 Panti Sosial Laras Harapan Sentosa 3 Grogol, Jakarta Barat.
Panti sosial tersebut merupakan binaan bagi orang dengan gangguan jiwa (OODJG). Sebagai anggota KPPS, ia bertugas menyiapkan penyelenggaraan pemungutan suara di TPS.
"Saya jadi anggota KPPS soalnya isi waktu libur kerja aja, sih. Sebelumnya saya juga sudah pernah jadi anggota KPPS pas Pilkada DKI," kata Aris kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (17/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia dan panitia lainnya sudah melakukan persiapan sejak subuh, antara lain menyiapkan surat suara agar sesuai dengan daftar pemilih tetap (DPT). Adapun honor yang ia terima mencapai sekitar Rp500 ribu.
Senada Feri (25 tahun) yang bertugas untuk menjaga tinta di TPS 126 juga menjadi anggota KPPS untuk mengisi waktu libur kerja.
"Kebetulan hari ini libur, pas ditawarin mau jadi anggota KPPS ya saya mengiyakan," ujarnya.
Feri tak memberi tahu secara rinci bayaran yang ia dapat sebagai anggota KPPS di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3. Ia mengatakan bayaran yang didapat cukup untuk menambah uang sakunya.
"Cukup untuk menambah uang jajan," jelasnya.
Anggota KPPS lainnya yakni Nurjannah (30) mengatakan sangat antusias menjadi bagian dari KPPS di Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3. Ia mengaku bayaran yang ia terima sebanding dengan pekerjaan yang dilakukannya sejak subuh.
"Bayarannya alhamdulillaah sebanding sama apa yang saya kerjakan, walaupun dari subuh dan agak kurang tidur. Tidak apa-apa, kan 5 tahun sekali," pungkasnya.
Sebanyak 466 dari 537 penghuni Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 Grogol, Jakarta Barat menunaikan hak pilihnya di pemilu serentak 2019.
Satuan Pelaksana Dinas Sosial Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 3 Budiman AS menjelaskan penghuni yang ada di panti ini telah memasuki masa pulih atau siap dipulangkan ke pihak keluarga. Maka dari itu ratusan penghuni dapat menggunakan hak pilihnya.
"Mereka dianggap pulih karena mereka sudah bisa menerima informasi, melaksanakan informasi dan perintah, mereka sudah punya inisiatif. Artinya mereka sudah bisa dalam hati nya "Aku mau pilih si A" gitu jadi tidak perlu ada komando "Pilih si A ya pilih si B"."
CNNIndonesia.com juga berkesempatan untuk berbincang sedikit dengan sejumlah penghuni panti. Salah satu penghuni yakni Iwan mengaku kesulitan memilih calon legislatif karena banyaknya gambar caleg yang diusung.
"Iya. Sempat bingung, banyak gambarnya (caleg)," pungkasnya.
Eko Restiadi (28 tahun) anggota KPPS TPS 013 Kelurahan Petogogan Jakarta Selatan mengaku ini kedua kalinya ia ikut berpartisipasi sebagai panitia pemungutan suara. Sebelumnya, ia pernah berpartisipasi sebagai anggota KPPS pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) 2017 lalu.
"Saya mendaftar sebagai anggota (KPPS) sekitar Januari lalu," ujar Eko.
Sama seperti anggota KPPS yang lain, Eko bangun pukul 5 pagi. Padahal, malamnya, ia baru terlelap pukul 01.30 WIB demi menyiapkan perlengkapan di TPS.
"Kami kan menyiapkan dan mengecek juga. Barang-barang (TPS) ada yang baru datang malam jadi kami harus siaga," ungkapnya.
[Gambas:Video CNN]Saat pencoblosan Pemilu tahun ini, Eko bertugas memastikan bahwa pemilih yang datang merupakan pemilih yang berhak untuk memilih dan memenuhi persyaratan. Jika orang yang datang tak berhak, Eko bersama pengawas akan menjadi garda pertama untuk mengarahkan.
Ia pun mengaku merasa bangga karena telah berpartisipasi dalam proses demokrasi di Indonesia meskipun imbalannya tak sebanding. Ia juga senang melihat antusiasme warga untuk memilih sejak pagi. Bahkan, ada pemilih yang sudah antre sejak jam 6 pagi, sebelum TPS dibuka.
"Ini sebagai sumbangsih saya kepada negara juga. Salah satu yang bisa saya lakukan adalah ini," pungkasnya sambil tersenyum.
(agi)