Jakarta, CNN Indonesia -- Partai NasDem menyatakan tidak dapat mengintervensi proses pengunduran diri kadernya Dahlan Hasan Nasution sebagai Bupati
Mandailing Natal, Sumatra Utara. Namun NasDem meminta Dahlan memikirkan ulang rencana mengundurkan diri usai paslon 01
Joko Widodo-Ma'ruf Amin kalah dalam
Pilpres 2019 di sana.
Anggota Dewan Kehormatan NasDem Teuku Taufiqulhadi mengatakan proses pengunduran diri Dahlan sebagai Bupati Madina merupakan domain negara. Atas dasar itu partainya tak bisa mengintervensi Dahlan.
"NasDem tidak bisa melakukan intervensi dalam kasus bupati itu karen itu domain negara yaitu UU Tata Kelola Negara," ujar Taufiqulhadi kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (23/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski tak bisa mengintervensi, Taufiqulhadi menyarankan Dahlan untuk mempertimbangkan kembali niatnya untuk mengundurkan diri sebagai bupati.
Sebab, ia melihat pengunduran diri Dahlan karena gagal merealisasikan target suara paslon 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin bukan alasan kuat atau tidak sejalan dengan ketentuan perundang-undangan.
Ia berkata beberapa hal yang dapat membuat Dahlan diberhentikan dari jabatannya, yakni berhalangan tetap, melawan UUD 1945, hingga terbukti secara sah dalam proses pengadilan bahwa telah melakukan tindak pidana.
"Jika alasan jeblok suara dukungan terhadap capres yang ia dukung, itu bukan alasan kuat. Gubernur bisa saja menolak pengunduran itu dengan alasan ia harus menyelesaikan tugas terlebih dahulu sebagaimana diamanatkan oleh pemilihnya," ujarnya.
Senada, Ketua DPP NasDem Irma Suryani Chaniago mengklaim NasDem tidak setuju dengan rencana pengunduran diri Dahlan sebagai Bupati Madina.
Sebab, ia berkata NasDem memaklumi kesulitan Dahlan melawan hoaks dan fitnah terhadap Jokowi-Ma'ruf yang merebak di Madina.
"Perjuangan melawan SARA fitnah dan hoaks memang luar biasa. Bukan salah beliau, tapi memang masyarakat saat ini harus diberikan edukasi terkait Pancasila, UUD 1945, dan NKRI," ujar Irma kepada
CNNIndonesia.com.
Irma menambahkan masyarakat masih perlu memahami sejarah untuk meningkatkan rasa nasionalisme, persatuan, dan kesatuan bangsa ke depan.
(jps/osc)